Sinode
  • Beranda
  • Profil
    • Visi Misi
    • Sejarah
    • Pengakuan Iman
    • Kepengurusan
    • KORDA
  • News
    • Kilas Sinode
    • Pastoral
    • Ragam Peristiwa
    • Artikel Lepas
  • Galeri
  • Event
  • Leadership
  • E-Materi
  • Gereja Lokal
  • Kontak
  • Click to open the search input field Click to open the search input field Search
  • Menu Menu

Archive for category: Kilas Sinode

Pentahbisan Gembala Jemaat Gereja Bethany Nginden Surabaya

April 18, 2025/in Kilas Sinode, News

KALEIDOSKOP, BETHANY.OR.ID-“Sekaranglah sudah waktunya. Sebab selama 15 tahun terakhir ini saya berdoa, siapa yang akan mau menggantikannya.  Namanya bukan lagi Aswin Tanusepura, tetapi David Aswin Tanuseputra.” Demikian ucapan singkat Ketua Dewan Rasuli Sinode Gereja Bethany, Pdt. Abraham Alex Tanuseputra, ketika mentahbiskan Pdt. Aswin Tanuseputra sebagai Gembala Sidang Gereja Bethany Nginden dan Cabang-cabangnya di hadapan Dewan Rasuli Gereja Bethany dan MPS (Majelis Pekerja Sinode), serta ribuan jemaat di Graha Bethany Nginden Surabaya pada 12 Juli 2012.

Pdt. Abraham Alex Tanuseputra kemudian melepas jubah dan stola yang dikenakannya, lalu mengenakannya pada Pdt. David Aswin Tanuseputra, sebagai tanda diserahkannya tugas dan tanggung jawab penggembalaan di Gereja Bethany Nginden Surabaya dan Cabang-cabangnya.  Walaupun demikian,  menurut  Pdt. Abraham, dia akan tetap berada di belakang guna mendukung pelayanan yang dilakukan oleh  Pdt. David Aswin Tanuseputra, juga tetap aktif sebagai Ketua Dewan Rasuli Sinode Gereja Bethany Indonesia.

Sementara itu, Pdt.Jusufroni yang ikut hadir selaku pembicara, menyatakan: “…..yang terpenting, apa yang dilakukan Pdt. Abraham Alex Tanuseputra adalah memang suara Tuhan, waktu Tuhan dan kehendak Tuhan.” Dilanjutkannya: “ Kalau tongkat komando (serah terima gembala sidang; red.)  itu diberikan, itu tandanya organisasi gereja sehat.”

Dengan pentahbisan gembala sidang yang baru, sejak  hari itu Gereja Bethany Nginden dan Cabang-cabangnya memasuki babak  baru.
Acara yang diadakan bersamaan dengan “Ibadah Doa Malam”  tersebut berlangsung dengan hikmat dan dihadiri oleh seluruh pendeta Sinode Gereja Bethany Korda Surabaya  dan jemaat.

Mengenai latar belakang bagaimana Pdt. Abraham menyerahkan tanggung jawab penggembalaan kepada putra keduanya itu, dipaparkannya, bahwa sewaktu berada di Gereja Bethany  Manado usai pentahbisan Gereja Bethany di Provinsi Sulawesi Utara itu, ia berencana akan mengurapi 20 Pendeta setempat, namun ternyata yang maju  ke hadapannya adalah  3000 orang jemaat, pada dia harus melayani mereka seorang demi seorang.

“Hadirat Tuhan luar biasa! Semula hanya sekitar 20 orang saja yang hendak saya urapi, tetapi yang maju justru 3000 orang. Lawatan yang kuat itu saya rasakan sampaipun saya hendak kembali ke Surabaya. Hingga di dalam pesawat pun, saya mendapat suatu pernyataan: ‘Sebelum Daud meninggal, Salomo ditunjuk untuk menggantikannya seperti tertulis dalam I Raja-raja 2:1-4.’ Jadi,  saya pikir, saya disuruh kotbah tentang Daud dan Salomo. Setelah beberapa saat berdoa, ternyata saya baru mengerti, bahwa saya harus seperti Daud yang menunjuk Salomo untuk menggantikannya. Lalu saya bertanya, Salomonya siapa? Saya pikir hamba Tuhan yang mampu mengatur dan bisa berkotbah! Tetapi, ketika saya bertanya lagi, ‘Salomo siapa?’  Suara Tuhan jelas: Itu di sebelahmu! Pada hal, yang duduk bersebelahan dengan saya ialah Aswin. Saat itu juga saya berbicara langsung  kepadanya, bahwa saya disuruh Tuhan untuk memilihnya. Dengan berbagai alasan dia menolak, sebab merasa tidak mampu. Tetapi saya katakan, Tuhan memang memilih yang tidak mampu agar bisa dipakaiNya.” Demikian Pdt. Abraham Alex Tanuseputra menceritakan asal mula dipilihnya Pdt.  Aswin Tanuseputra, anak keduanya, untuk menggantikan dirinya. (wic)

https://bethany.or.id/wp-content/uploads/2014/12/Pentahbisan-Gembala-Nginden.jpg 488 750 s1nod3adm https://sinode.gbu.co.id/wp-content/uploads/2025/04/logo-sinode-admin-bethany-web-copy-300x87.png s1nod3adm2025-04-18 08:14:332025-04-28 05:24:20Pentahbisan Gembala Jemaat Gereja Bethany Nginden Surabaya

Sekilas Perjalanan Gereja Bethany Jemaat Ekklesia Puncak Permai

April 16, 2025/in Kilas Sinode, News

KALEIDOSKOP, BETHANY.OR.ID – Bermula  dari sebuah Persekutuan Doa dengan nama “PD Ekklesia”  pada tahun 80’an, jadilah Gereja Bethany Indonesa Jemaat Ekklesia Puncak Permai seperti sekarang ini.

Kala itu Persekutuan Doa  diadakan setiap hari kamis di Jl. Sukomanunggal Jaya VI/20 Surabaya dipimpin oleh Pdt.Yesaya Bobby Indarwanto. Jumlah yang ikut kurang lebih  30 orang. Pada 1996, Pdt. Yesaya Bobby Indarwanto beserta keluarga pindah ke Jakarta karena pekerjaan. Atas saran  Pdt.Christine Here pembina “Persekutuan Doa Ekklesia” tersebut dipindahkan ke rumah Pendeta Lukas Lukman Widjaja yang saat itu menjabat Koordinator Gereja Bethany  Cabang Tunjungan dan Cabang Satelit Surabaya.

Pendeta  Lukas Lukman Widjaja pun membuka pintu rumahnya di Jalan Puncak Permai utara No.23 Surabaya  untuk  “Persekutuan Doa Ekklesia” yang dilimpahkan kepadanya. Persekutuan diadakan setiap hari kamis pada jam 10.00 WIB.

Pada pertengahan Juni 1997, Gereja Bethany  Cabang Satelit yang sebelumnya “kebaktian” di Cafeé Aneka Rasa,  berpindah tempat “kebaktian” ke Jalan puncak Permai Utara No. 23. Sebab cafe tersebut  tidak memenuhi syarat  sebagai tempat kebaktian. Empatpuluhan orang jemaat Bethany akhirnya beribadah bersama-sama anggota “Persekutuan Doa Ekklesia” dikawasan Puncak Permai.

Bersamaan dengan itu, pada Juni 1997 berdirilah Gereja Bethany Cabang Puncak Permai. Gereja Bethany  Pusat menunjuk  Pdp. Soekiman Hardjo sebagai koordinator. Hal itu berlangusng hingga 8 Agustus 2002,  sebab Pdp. Soekiman Hardjo meninggal dunia. Gereja Bethany Pusat selanjutnya menunjuk  Pdp. Chresnadi sebagai koordinator menggantikan    tugas Pdp. Soekiman Hardjo.

Pada   awal   2003,  Gembala  Sidang Gereja Bethany,  Pdt.  Abraham  Alex  Tanuseputra diberhentikan sepihak oleh Sinode Gereja Bethel Indonesia, sehingga beliau mendirikan Sinode Gereja Bethany Indonesia.

Pdt. Abraham Alex Tanuseputra menyampaikan, bahwa dalam satu sinode harus ada gereja lokal atau gereja otonom. Menanggapi visi itu, Pdm. Lukas Lukman Widjaja mengadakan rapat dengan penatua dan pengurus gereja untuk membahas status Gereja Bethany Puncak Permai. Alhasil, semua diaken dan diakones bersepakat menaikkan status   Gereja Bethany Cabang Puncak Permai dari cabang menjadi otonom (berdiri sendiri) dalam naungan Sinode Gereja Bethany Indonesia.

Menyikapi dukungan itu, Pdm. Lukas Lukman Widjaja menindak lanjuti dengan membeli rumah di Jl. Puncak Permai Utara No.29 Surabaya (tempat ibadah sekarang). Pada 10 Desember 2003,  Pdm. Lukas Lukman Widjaja mengajukan surat otonom kepada Ketua Umum Sinode Gereja Bethany, Pdt. Abraham Alex Tanuseputra. Pada  09 Januari 2004 keluarlah surat keputusan dari sinode,  bahwa Gereja Bethany Indonesia Cabang Puncak Permai menjadi gereja lokal (otonom).

Berikutnya pada  01 Februari 2004,  Pendeta Lukas Lukman Widjaja ditahbiskan sebagai Gembala Sidang Gereja Bethany Indonesia Puncak Permai. Bersamaan dengan itu ditahbiskan  pengurus gereja setempat, lalu diakhiri dengan serah terima dari  Pdp. Chresnadi selaku koordinator kepada Pendeta Lukas Lukman Widjaja sebagai gembala sidang. Sebagai penghargaan dan ucapan terimakasih, Gereja Bethany Indonesia Puncak Permai memberikan tanda mata  kepada Pdp. Chresnadi.

Membangun Tempat Ibadah
Setelah pentahbisan, gereja Bethany Puncak Permai mengambil langkah iman membangun sebuah tempat ibadah  di Jl. Puncak Permai Utara No 29 Surabaya. Biaya pembelian tanah kala itu enam ratusan jutaan, segala upaya dikerahkan untuk mencukupi pembiayaan. Bukan hanya kas pembangunan, kas gereja, kas SOM, termasuk mobil pribadi  Pdt. Lukas Lukman Widjaja ikut dijual untuk menutupi kekurangannya.

Membangun tempat ibadah memang tidaklah mudah, ada saja tantangannya, hal itu dialami jemaat Puncak Permai. Bukannya dukungan dan bantuan yang diterima, sebaliknya sempat terdengar suara-suara miring, bahwa Gereja Bethany Indonesia Puncak Permai dijadikan usaha untuk mencari keuntungan. Terdengar juga berita sampai kapan Gereja Bethany Indonesia Puncak Permai akan bertahan, dan kemudian ditutup.

Namun Gembala Sidang dan pengurus dikuatkan oleh Injil Yohanes 12:32 yang menyatakan,  “dan Aku, apabila Aku ditinggikan dari bumi, Aku akan menarik semua orang datang kepada-Ku.”

Dengan penguatan firman itu, jemaat semakin bertambah. Tuhan mulai mengirimkan jiwa-jiwa. Pernah suatu ketika gereja tersebut mengadakan Kebaktian Kebangunan Rohani  (KKR), yang hadir 650-an jiwa, saat itu jumlah jemaat hanya 250 orang.

Bersosialisasi
Hal yang tidak kalah pentingnya dalam pendirian gereja adalah sosialisasi dengan masyarakat sekitar, dan hal itu dilakukan oleh Gereja Bethany Puncak Permai.

Walau terbilang masih muda, keberadaan gereja tersebut  mendapat perhatian yang positif dari mayarakat sekitar. Banyak sosialisasi yang sudah dilakukan  diantaranya menyelenggarakan acara jalan sehat, bazar, lomba aerobik dan lomba-lomba unik lainnya yang diikuti masyarakat umum.

Beberapa kali Gereja Bethany Indonesia Puncak Permai dipercaya warga Darmo Permai Utara dan warga Puncak Permai untuk menangani Natal Paguyuban dan Paskah Paguyuban warga. Dua tahun terakhir  berturut-turut juga dilibatkan Rukun Warga Darmo Permai Utara untuk mengisi paduan suara  dalam  acara 17  Agustus  memperingati HUT  kemerdekaan RI.
Beberapa seminar rohani juga pernah diadakan. Pada 18 Oktober 2005 Gereja Puncak permai pernah mengadakan peneguhan nikah massal yang diikuti oleh 10 pasang suami istri.

Kegiatan lainnya adalah mengadakan Natal bersama Panti Asuhan dan Panti Jompo Yayasan Pelayanan Kasih pada Desember 2006.

Mulai bertumbuh
Sejak Gereja Bethany  Puncak Permai menjadi gereja lokal, pembaptisan dan pemberkatan nikah dilakukan sendiri oleh Gereja Bethany Indonesia Puncak Permai. School of Ministry (SOM) pun dibuka,  angkatan pertama sebanyak  47 siswa yang menyelesaikan pelajaran keselamatan sampai kepemimpinan II. Saat ini Gereja Bethany Indonesia Puncak Permai memiliki tujuh  pejabat gereja, satu  pendeta, dua pendeta muda dan empat pendeta pembantu. Dalam menggembalakan jemaat gereja, Pdt. Lukas Lukman Widjaja dibantu oleh seorang full timer, tujuhbelas pasang suami istri diaken dan diakones, 36  orang  musik pujian, 13 guru  sekolah minggu dan 14 pelayan pemuda remaja. Pada  01 Februari 2008, GBI Bethany  Puncak Permai berganti nama Gereja Bethany Indonesia Jemaat Ekklesia Puncak Permai. Sampai saat ini Gereja Bethany Indonesia Jemaat Ekklesia-Puncak Permai dipercaya Tuhan   650 jemaat  dan 18 kelompok Family Altar.(bpc/wic)

https://bethany.or.id/wp-content/uploads/2015/04/perjalanan-bethany-puncak-permai.jpg 390 600 s1nod3adm https://sinode.gbu.co.id/wp-content/uploads/2025/04/logo-sinode-admin-bethany-web-copy-300x87.png s1nod3adm2025-04-16 08:15:502025-04-28 05:26:57Sekilas Perjalanan Gereja Bethany Jemaat Ekklesia Puncak Permai

Sekilas Tentang Pengakuan Iman Rasuli

April 16, 2025/in Kilas Sinode, News

BETHANY.OR.ID – “Aku percaya kepada Allah Bapa yang Mahakuasa, khalik langit dan bumi.  Dan kepada Yesus Kristus AnakNya Yang Tunggal, Tuhan Kita. Yang dikandung daripada Roh Kudus, lahir dari anak dara Maria. Yang menderita dibawah pemerintahan Pontius Pilatus, disalibkan mati dan dikuburkan turun ke dalam kerajaan maut. Pada hari yang ketiga bangkit pula dari antara orang mati. Naik ke surga, duduk disebelah kanan Allah, Bapa yang Mahakuasa. Dan akan datang dari sana untuk menghakimi orang yang hidup dan yang mati. Aku percaya kepada Roh Kudus. Gereja Gereja yang kudus dan am, persekutuan Orang Kudus Pengampunan Dosa. Kebangkitan daging, dan Hidup yang kekal.”

Demikian pengakuan iman yang biasa diucapkan oleh  jemaat protestan, setiap kali ibadah pada hari minggu. Biasanya pengakuan itu diucapkan bersama-sama sambil berdiri, dipimpin oleh pemimpin ibadah. Namun di gereja kelompok beraliran pantekosta-kharismatik,  pengakuan seperti itu tidak pernah dikenal. Kalaulah ada, maka dalam tata dasarnya   “pengakuan iman” mereka bukan pengakuan iman rasuli.

Tetapi hal yang berbeda nampak mencolok pada gereja Bethany Indonesia, gereja yang dikenal dengan aliran Pantekosta-Kharismatik  itu dalam “Buku Tata Dasar dan Tata Tertib Gereja Bethany Indonesia”  yang diterbitkan oleh Majelis Pekerja Sinode Gereja Bethany Indonesia,  menjadikan “Pengakuan Iman Rasuli” sebagai pengakuan iman Sinode Gereja Bethany Indonesia.

Ada beberapa alasan, mengapa Pengakuan Iman Rasuli dijadikan sebagai pengakuan iman Gereja Bethany. Pengakuan iman rasuli itu bukan hanya teruji oleh waktu, tetapi yang membuatnya pun adalah bapak-bapak gereja yang memiliki kapabilitas tinggi, isi dari pengakuan iman itu pun sangat teologis. Memang saat perumusan ada beberapa pendapat,  namun rapat akhirnya memutuskan pengakuan iman rasuli sebagai pengakuan iman Bethany. Sebagai founder, Pdt. Abraham Alex Tanuseputra juga menyetujuinya, sebab kalau sudah ada rumusan yang bagus, mengapa harus buat yang baru,membuat sendiri pun belum tentu lebih bagus. Akhirnya pada September 2003, melalui sidang raya sinode Gereja Bethany yang pertama, pengakuan iman tersebut disahkan.

Walau demikian, pengakuan iman tersebut tidak diucapkan setiap minggu oleh jemaat, seperti pada ibadah gereja kelompok protestan pada umumnya.
Sehingga tidak semua jemaat mengetahui pengakuan iman tersebut.  Karena itu, melalui BETHANY NEWS – BETHANY.OR.ID  akan diuraikan sekilas  tentang Pengakuan Iman Rasuli, agar para pelayan Tuhan dan jemaat  Gereja Bethany Indonesia mengerti dan memahaminya.

 

Sejarah Tentang Pengakuan Iman Rasuli

Pengakuan Iman Rasuli (Latin: Symbolum Apostolorum atau Symbolum Apostolicum), kadang disebut Kredo Rasuli atau Kredo Para Rasul, adalah salah satu dari kredo yang secara luas diterima dan diakui oleh Gereja-gereja Kristen, khususnya Gereja-gereja yang berakar dalam tradisi Barat. Di kalangan Gereja Katolik Roma, kredo ini disebut Syahadat Para Rasul.

Menurut Katekismus Heidelberg, Pengakuan Iman Rasuli terbagi atas tiga bagian utama yaitu pertama mengenai Allah Bapa dan penciptaan kita. Yang kedua mengenai Allah Anak dan penebusan kita. Yang ketiga mengenai Allah Roh Kudus dan pengudusan kita.

Menurut sejarah, para rasul (murid-murid Yesus) sendirilah yang menulis kredo ini pada hari ke-10 setelah kenaikan Yesus Kristus ke sorga, yaitu pada Hari Pentakosta. Karena isinya mengandung 12 butir, ada keyakinan bahwa masing-masing murid Yesus menuliskan satu pernyataan di bawah bimbingan Roh Kudus.
Bukti historis konkret yang tertua tentang keberadaan kredo ini adalah sepucuk surat dari Konsili Milano (390 M) kepada Paus Siricius yang bunyinya demikian:
“Bila engkau tidak memuji ajaran-ajaran para imam … biarlah pujian itu setidak-tidaknya diberikan kepada Symbolum Apostolorum yang selalu dilestarikan oleh Gereja Roma dan akan tetap dipertahankan agar tidak dilanggar.” Kredo ini paling banyak digunakan dalam ibadah orang-orang Kristen di Barat.

Kredo ini adalah rumusan ajaran dasar Gereja perdana, yang dibuat berdasarkan amanat agung Yesus untuk menjadikan segala bangsa muridnya, membaptiskan mereka dalam nama Bapa, Putra dan Roh Kudus (Matius 28:18-20). Karena itu, dari kredo ini kelihatan bahwa doktrin sentralnya adalah Tritunggal dan Allah sang Pencipta.

Pada masa ketika kebanyakan umat Kristen masih buta huruf, pengulangan secara lisan Pengakuan Iman Rasul ini seiring dengan Doa Bapa Kami dan Sepuluh Perintah Tuhan (Dasa Titah) membantu melestarikan dan menyebarkan iman Kristiani dari gereja-gereja Barat. Pengakuan Iman Rasul tidak memiliki peran di Gereja Ortodoks Timur.

Versi tertulis yang paling awal kemungkinan adalah Kredo Tanya Jawab Hipolitus (sekitar 215 M). Versi yang sekarang pertama kali ditemukan di dalam tulisan-tulisan Caesarius dari Arles (wafat 542). Pengakuan Iman Rasul ini rupanya digunakan sebagai ringkasan ajaran Kristen untuk calon-calon baptisan di gereja-gereja Roma. Oleh karena itu dikenal juga sebagai Symbolum Romanum (Roman Symbol). Dalam versi Hipolitus, Pengakuan Iman ini diberikan dalam bentuk tanya jawab dengan calon baptisan yang kemudian mengakui bahwa mereka percaya tiap pernyataan.

 

Hal Yang Melatarbelakangi Munculnya Pengakuan Iman  Rasuli

Aliran-aliran sesat seperti “Gnostik dan Doketisme” termasuk kelompok yang berkembang pada masa gereja mula-mula. Guna melawan ajaran tersebut,  bapa-bapa gereja menyusun rumusan “Pengakuan Iman Rasuli” yang memuat unsur-unsur:  Aku percaya kepada Allah Bapa,  Aku percaya kepada Kristus Yesus,  Aku percaya kepada Roh Kudus.

Dalam surat Uskup Mercellus dari Ankyra yang hidup tahun AD 340 ditemukan kutipan rumusan Pengakuan Iman Rasuli tersebut dalam bahasa Yunani. Oleh Rufinus (meninggal AD 410) teksnya diterjemahkan ke dalam bahasa Latin dan diberi judul “Symbolum Apostolorum” ( Pengakuan Iman Para Rasuli). Sampai sekarang telah menjadi milik seluruh gereja di dunia.

 

Makna Pengakuan Iman Rasuli

Jika seseorang berkata “Aku percaya” maka itu artinya dia tidak sekedar mengakui adanya Tuhan, beragama, menyetujui keberadaan Tuhan, menjalankan ibadat/kehidupan yang baik. Atau  menghormati Alkitab sebagai Firman Tuhan.  Tetapi “percaya” adalah tindakan iman, yang menuntun kita menjalani hidup sesuai dengan Firman Allah. Hal itu, sebenarnya bukan karena hasil usaha manusia, melainkan karena pimpinan Roh Kudus yang menuntun seseorang bersekutu dengan Allah (Ef 2:8-9).

Mantap berkata “Aku percaya kepada Allah Bapa yang Mahakuasa, khalik langit dan bumi” berarti menyatakan pada dunia, bahwa orang percaya kepada Allah yang dipanggil sebagai Bapa.

Pengakuan tersebut bermakna, seluruh hidup manusia dalam genggaman tangan Allah, sebab Dia Mahakuasa.  Seluruh pergumulan dan masalah dapat disampaikan dan diselesaikan Allah karena Dia Bapa kita.

Pengakuan kedua adalah “Aku percaya kepada Yesus Kristus!”  Pengakuan itu merupakan inti dari iman Kristen. Dialah Anak Allah Bapa Yang Tunggal, Tuhan kita. Rumusan ini dibuat sebagai respon terhadap kalangan yang mengaku Kristen namun tidak mengakui ketuhanan Yesus, seperti  Arianisme dan Ebionisme (abad AD 2-3).
Agar tidak terjadi kesimpangsiuran pemahaman iman diantara jemaat, maka gereja merumuskan “Pengakuan Iman” sebagai penegasan.

Yesus yang disebut Kristus adalah Tuhan. Yesus adalah Allah yang sejati. Dialah Juruselamat yang datang dari Allah untuk menyelamatkan dunia dan manusia (Mat 1:21). Dialah Kristus (Ibraninya Mesias) yaitu Dialah yang diurapi oleh Allah menjadi Nabi, Imam dan Raja yang tiada taranya. Dialah Anak Allah Yang Tunggal, sungguh-sungguh Tuhan, artinya : dalam kedatangan Yesus itu sebenarnya Allah sendiri yang mendatangi manusia dengan membawa keselamatan yang daripadaNya. Pengakuan, “Aku percaya kepada Allah Bapa……. Dan kepada Yesus Kristus….” merupakan penyataan yang sederajat karena kualitas ilahi keduanya sama.

Yesus itu manusia sejati, seperti halnya manusia lain, Yesus dikandung secara normal dan dilahirkan di Betlehem seperti bayi-bayi lainnya.  Ia dikandung daripada Roh Kudus sebagai hakekat ilahi yang nyata.Ia lahir dari seorang anak dara bernama Maria.  Kalimat “dikandung daripada Roh Kudus, lahir dari anak dara Maria” tidak boleh diartikan, bahwa ada suatu perkawinan antara Roh Kudus Allah sebagai Bapa dengan Maria sebagai ibu. Konsep itu harus dipahami secara rohani, karena peristiwa kelahiran Yesus Kristus adalah soal rohani, tidak bisa dimengerti secara akal budi.(I Kor 2:13).

Yesus harus mengalami penderitaan dan sengsara, bukan karena kesalahanNya sendiri.Tetapi,   Ia menyamakan diriNya dengan umat manusia.

Yesus Datang Untuk Menghakimi. Dalam pemahaman teologis yang semakin matang para rasul sadar, masa penantian dalam pengharapan kedatangan Yesus kedua kali merupakan hari-hari terakhir atau akhir zaman (bdk Kis 2:17; 1 Tes 4:13-18 khusus kita temukan dalam keseluruhan Kitab Wahyu). Masa itu pasti akan datang, tapi ada tanda-tanda yang akan mendahului untuk menjadi peringatan bahwa dunia dan umat manusia menuju pada hari pengadilan (bdk Mat 16:3, 24:3-14).

Pada rumusan Iman Rasuli,  juga dinyatakan “Aku percaya kepada Roh Kudus.”  Roh Kudus Adalah Allah. Kedatangan Roh Kudus yang sudah dijanjikan oleh Tuhan Yesus dalam Yohanes 14 : 15 diriwayatkan kedatanganNya dalam Kis 2. Terjadi tanda-tanda yang luar biasa dan mengagumkan : mereka berbahasa yang belum mereka pelajari, penuh kuasa dan keberanian memberitakan Injil, bersatu dan berkumpul setiap saat dalam pujian dan sukacita surgawi. Pada peristiwa pentakosta inilah berdirilah Gereja Tuhan pertama kali (Yoh 15:26-27, Kis 1:8).

Roh Kudus adalah Allah itu sendiri. Pernah dalam sejarah gereja dipertanyakan apakah Roh Kudus adalah Allah ? Dalam Konsili di Konstantinopel (AD381) gereja memutuskan untuk mengutuk ajaran Ananisme dan Masedonianisme yang bukan saja menolak Yesus adalah Tuhan, tapi juga menyangkali keilahian Roh Kudus.
Gereja dengan tegas menyatakan : Roh Kudus adalah Allah yang sejajar dalam keilahian dengan Allah Bapa dan Allah Anak / Yesus.

Mengenai  hakekat Gereja.  Juga dinyatakan secara mendalam.  Gereja  itu organisme, yaitu orang-orang yang sungguh menanggapi dan menjawab dalam iman dari panggilan Allah untuk mendapat bagian dalam karya keselamatan Kristus. (1 Petrus 2:9).

Gereja yang Kudus artinya persekutuan orang-orang yang dikuduskan oleh Allah sendiri. Roh Kudus sebagai pribadi ketiga Allah Tritunggal mendiami gerejaNya, dalam berkarya, menuntun, membimbing pada kesaksian yang sesuai dengan kehendak Allah.

Gereja adalah yang Am (universal) dalam arti keanggotaannya mencakup semua orang-orang percaya pada Yesus dari berbagai macam suku bangsa di seluruh permukaan bumi ini. Berarti gereja adalah satu. Sekalipun terdiri dari berbagai macam denominasi dan aliran, asalkan mereka percaya pada esensi iman Kristen yang dilandaskan pada keselamatan Kristus dan Alkitab sebagai firman Allah satu-satunya. Orang-orang pilihan tersebut disatukan oleh satu Tuhan, satu iman dan satu baptisan.

Gereja adalah apostolik dalam arti pengajaran para rasul yang adalah Firman Tuhan yang kudus merupakan dasar dari gereja. Artinya, gereja harus dikelola dengan otoritas dari pengajaran para rasul Tuhan Yesus. Di dalam Tuhan ada anugrah, karena itu ada “Pengampunan Dosa.” Karena diampuni, orang percaya beroleh jaminan kebangkitan tubuh dan hidup yang kekal.[berbagai sumber/wic]

https://bethany.or.id/wp-content/uploads/2015/02/PENGAKUAN-IMAN.jpg 520 800 s1nod3adm https://sinode.gbu.co.id/wp-content/uploads/2025/04/logo-sinode-admin-bethany-web-copy-300x87.png s1nod3adm2025-04-16 08:15:192025-04-28 02:27:21Sekilas Tentang Pengakuan Iman Rasuli
Search Search

Latest News

  • Penyaliban, Hukuman Mati yang Ngeri dan KejiApril 18, 2025 - 8:16 am
  • Pentahbisan Gembala Jemaat Gereja Bethany Nginden SurabayaApril 18, 2025 - 8:14 am
  • Memaknai Doa dan Puasa dalam Hidup Sehari-hariApril 16, 2025 - 8:17 am
  • Pohon ARA Pernah Dikutuk, Buahnya Ternyata BermanfaatApril 16, 2025 - 8:16 am
  • Dimanakah Gunung sinai itu?April 16, 2025 - 8:16 am

SITUS RESMI SINODE GEREJA BETHANY INDONESIA

Mewujudkan kebersamaan Pelayanan di dalam pengabdian kepada Tuhan Yesus Kristus dan jemaatNya melalui ikatan persekutuan “Successful Bethany Families.”

© Copyright - Bethany.or.id
  • Link to Youtube
Scroll to top Scroll to top Scroll to top