Sinode
  • Beranda
  • Profil
    • Visi Misi
    • Sejarah
    • Pengakuan Iman
    • Kepengurusan
    • KORDA
  • News
    • Kilas Sinode
    • Pastoral
    • Ragam Peristiwa
    • Artikel Lepas
  • Galeri
  • Event
  • Leadership
  • E-Materi
  • Gereja Lokal
  • Kontak
  • Click to open the search input field Click to open the search input field Search
  • Menu Menu
Blog - Latest News

Johann Gutenberg, Pencetak Pertama Alkitab

April 16, 2025/in Artikel Lepas, News

BETHANY.OR.ID – Selama  abad pertengahan, tidak banyak orang memiliki Alkitab atau buku bacaan apapun. Teks Alkitab disalin dengan tulisan tangan pada papyrus, kulit hewan ataupun kemudiannya pada kertas-kertas prioduk awal oleh para biarawan. Sehingga hanya  beberapa gereja dan beberapa orang bangsawan kaya saja yang bisa memilikinya. Hal itu disebabkan biaya untuk bahan bakunya serta tenaga  serta waktu penyallnnannya sebagai sesuatu yang mewah. Tidak  dapat dicapai oleh orang-orang biasa. Bahkan mengharapkan untuk dapat membacanya saja Alkitab atau buku yang dibutuhkannya  selain tidak tersedia, apalagi memilikinya.

Terlebih lagi, tidak banyak orang yang dapat membaca buku atau Alkitab dalam bahasa mereka sendiri. Sebab, buku-buku yang langka dan sangat mahal tersebut pada umumnya – termasuk Alkitab – hanya tersedia dalam bahasa Latin,. Bahasa yang dimengerti hanya oleh segelintir orang, termasuk beberapa pendeta. Orang-orang awam bergantung pada imam setempat.  Lukisan-lukisan atau patung-patung di gereja yang lebih dijadikan informasi mengenai Alkitab. Acap kali imam setempat kurang atau sama sekali tidak terlatih dalam bahasa Latin atau pengetahuannya tentang Alkitab sangat minim. Meskipun para sarjana berdebat tentang Alkitab dan menulis berbagai ulasan, namun buah pemikiran mereka agak sukar ditelaah oleh orang-orang Kristen awam pada umumnya.

Salah satu perubahan besar pada abad lima-belas mempunyai dampak besar pada keadaan  yang seperti itu. Pada tahun 1439, Johann Gutenberg, lelaki kelahir-an kota Mainz pada 1398,  anak bungsu  pengusaha kelas atas, mengawali kariernya sebagai tukang pandai emas. Dia mengutak-atik huruf-huruf yang ditakiknya pada kayu. Ketika salah satu huruf itu jatuh  di atas pasir, terbentuklah bekas huruf tersebut terbalik yang membekas di pasir. Berpikirlah dia,  bahwa untuk membuat huruf terbalik, lalu ditempelkan pada tinta dan dicapkan pada kertas: jadilah ‘huruf cetak’. Begitulah dia kelak membuat huruf-huruf cetak melalui eksperimen pada keping-keping logam yang dapat di-pindah-pindahkan. Dengan menyu-usun buku dalam cetakan timah, ia dapat menghasilkan salinan dalam jumlah yang besar. Istimewanya lagi, produksi bisa bersifat massal, biayanya jauh lebih kecil daripada salinan tangan.

Pada tahun 1455, Gutenberg — dengan sekelompok kawan-kawannya — mencetak Alitab (kelak disebut “Alkitab Gutenberg”) terdiri dari 140 baris sebanyak180 salinan Alkitab terjemahan Hieronimus yang dinamai ‘Vulgata’. Orang biasa masih belum dapat memahami firman Allah. Akan tetapi itulah langkah awal dari suatu revolusi besar dalam proses pengetahuan dan ilmu komunikasi..

 

Liku-liku Perjuangannya.

Rintisan pemuda asal Mainz itu tidak begitu saja berjalan mulus. Ketika masih anak-anak, keluarganya meninggalkan Mainz karena terjadinya kerusuhan akibat pemberontakan di kawasan itu, pindah ke kota Eltville am Rheim (disebut juga: Alta Villa).  Setelah dewasa, dia hidup di kota Strassbourg hingga tahun 1444. Temuannya tentang huruf cetak dari logam dan mesin cetaknya, disempurnakan. Ketika situasi Mainz aman, dia kembali ke kota itu dan berniat memproduksi mesin cetaknya, tetapi tak punya uang. Lalu menghubungi kenalannya bernama Fust untuk meminjam uang. Dari dana itulah dia mengerjakan temuannya. Tetapi dananya habis, dan bangkrutlah dia. Fust menuduh uang pinjamannya disalahgunakan Gutenberg. Lalu pada 1455 dia merencanakan membuat usaha percetakan kecil di kota Bamberg, namun tak memiliki dana.

Karena kekurangan dana itulah, maka mesin cetak maupun produk-produknya tidak berlabel namanya.
Kemungkinan besar, Kamus Katolik (Catholica Dictionary; 1466)  yang dicetak di Mains adalah hasil karyanya. Kamus setebal 744 halaman itu dicetak 300 buah.

Untuk sementara, para pakar percetakan di Mainz itu merahasiakan teknik Gutenberg sebagai rahasia perusahaan. Namun menjelang tahun 1483. Namun, tatkala Martin Luther lahir, setiap negara di Eropa memiliki sekurang-kurangnya satu percetakan. Dalam tempo lima puluh tahun sejak pencetakan Alkitab pertama oleh Gutenberg dan kawan-kawan, percetakan-percetakan telah mencetak jauh melebihi salinan-salinan yang dihasilkan para biarawan berabad-abad lamanya. Buku-buku bermunculan dalam sejumlah bahasa, dan orang yang melek huruf bertambah. Dari situlah ilmu pengetahuan menjadi milik orang banyak.

Tanpa penemuan Gutenberg, mungkin tujuan Reformasi memakan waktu lebih lama untuk dicapai. Selama hanya para rohaniwan yang dapat membaca firman Allah dan membandingkannya dengan ajaran gereja, maka dampaknya terbatas sekali bagi orang-orang Kristen awam.

 

Alkitab Merakyat.

Dengan penemuan percetakan ini, Luther dan para reformator lainnya dapat menyampaikan firman Allah kepada “setiap bocah pembajak (ladang) dan gadis pelayan”. Luther menerjemahkan Kitab Suci ke dalam bahasa Jerman yang baik dan mudah dibaca, yang digunakan berabad-abad lamanya. Alkitab menjadi “merakyat”. Tidak lagi seorang imam, paus atau konsili yang menjadi perantara bagi para pemercaya dan pemahaman Alkitabnya. Meski banyak yang menyatakan, bahwa tidak semua orang dapat mengerti firman Allah tanpa dijelaskan oleh para gerejawan, orang-orang Jerman itu mulai melakukan hal itu.
Ketika mereka membaca, orang-orang biasa ini mulai meresapi dunia Alkitab yang dramatis. Kegiatan-kegiatan iman di rumah-rumah tangga sudah dimungkin-kan. Perlahan-lahan tembok antara pastor dan jemaat mulai runtuh. Dari pada cemas akan “Apa yang harus saya akui kepada seorang imam?,” orang percaya dapat bertanya, “Apakah hidup saya sesuai dengan ajaran Alkitab?”
Dengan penemuan alat cetak yang rumit itu, maka tersulutlah api di seluruh Eropa. Yaitu api yang menyebarkan Injil dan yang membuat orang melek huruf.

Johannes Gutenberg yang meninggal pada 3 Februari 1468 itu, merintis timbulnya disiplin ilmu der Publizei (Publisistik) yang kelak berkembang menjadi ilmu komunikasi. Menumbuhkan usaha-usaha media massa yang kemudian dianggap sebagai “kekuatan keempat dalam negara”.  Meskipun unit cetak sekarang serba computerized, namun unit-unit cetak menggunakan huruf-huruf dari timah-hitam yang dilelehkan dan dituangkan pada huruf-huruf logam (disebut: intertype dan linotype) merupakan perintis. Malahan di beberapa tempat, model itu masih dipergunakan.  [berbagai sumber/wic/sgbi]

Share this entry
  • Share on Facebook
  • Share on X
  • Share on Pinterest
  • Share on LinkedIn
  • Share on Tumblr
  • Share on Vk
  • Share on Reddit
  • Share by Mail
https://bethany.or.id/wp-content/uploads/2015/03/Gutenberg_Press_Replica.jpg 464 714 s1nod3adm https://sinode.gbu.co.id/wp-content/uploads/2025/04/logo-sinode-admin-bethany-web-copy-300x87.png s1nod3adm2025-04-16 08:15:512025-04-28 02:25:10Johann Gutenberg, Pencetak Pertama Alkitab
Search Search

Latest News

  • Penyaliban, Hukuman Mati yang Ngeri dan KejiApril 18, 2025 - 8:16 am
  • Pentahbisan Gembala Jemaat Gereja Bethany Nginden SurabayaApril 18, 2025 - 8:14 am
  • Memaknai Doa dan Puasa dalam Hidup Sehari-hariApril 16, 2025 - 8:17 am
  • Pohon ARA Pernah Dikutuk, Buahnya Ternyata BermanfaatApril 16, 2025 - 8:16 am
  • Dimanakah Gunung sinai itu?April 16, 2025 - 8:16 am

SITUS RESMI SINODE GEREJA BETHANY INDONESIA

Mewujudkan kebersamaan Pelayanan di dalam pengabdian kepada Tuhan Yesus Kristus dan jemaatNya melalui ikatan persekutuan “Successful Bethany Families.”

© Copyright - Bethany.or.id
  • Link to Youtube
Link to: Sekilas Perjalanan Gereja Bethany Jemaat Ekklesia Puncak Permai Link to: Sekilas Perjalanan Gereja Bethany Jemaat Ekklesia Puncak Permai Sekilas Perjalanan Gereja Bethany Jemaat Ekklesia Puncak Permai Link to: Sejarah Penerjemahan Alkitab Vulgata Link to: Sejarah Penerjemahan Alkitab Vulgata Sejarah Penerjemahan Alkitab Vulgata
Scroll to top Scroll to top Scroll to top