“Ezra telah bertekad untuk meneliti Taurat Tuhan dan melakukannya serta mengajar ketetapan dan peraturan di antara orang Israel.” (Ezra 7:10)
Empat orang hamba Tuhan sedang membahas keung-gulan berbagai terjemahan Alkitab. Yang satu menyukai suatu versi tertentu karena kesederhanaan dan keindahan bahasa Inggrisnya. Yang lainnya lebih menyukai sebuah edisi yang lebih ilmiah karena lebih mendekati naskah asli bahasa Ibrani dan Yunani. Namun, yang lainnya lagi menyukai sebuah versi kontemporer karena kosakatanya yang modern.
Pendeta keempat terdiam sesaat, lalu berkata, “Saya sangat menyukai terjemahan ibu saya.” Ketiga pria lainnya terkejut dan mengatakan bahwa mereka tidak tahu kalau ibunya juga telah menerjemahkan Alkitab. “Ya,” jawabnya. “Ibu saya menerjemahkannya ke dalam hidupnya, dan terjemahan itu adalah terjemahan pa-ling meyakinkan yang pernah saya lihat.”
Daripada membahas terjemahan mana yang lebih disukai, pendeta ini justru mengingatkan mereka bahwa seharusnya pusat perhatian yang terpenting adalah mempelajari firman Allah dan melakukannya. Ini merupakan prioritas utama kehidupan Ezra. Sebagai seorang ahli kitab, ia mempelajari Taurat, menaatinya, dan menga-jarkannya kepada orang-orang Israel (Ezra 7:10). Sebagai contoh, Allah memerintahkan umat-Nya untuk tidak melakukan kawin campur dengan bangsa-bangsa di sekitar mereka yang menyembah dewa berhala (Ezra 9:1,2). Ezra mengakui dosa bangsa Israel kepada Allah (Ezra 9:10-12) dan menegur orang-orang Israel, lalu kemudian mereka bertobat (Ezra10:10-12).
Mari kita ikuti teladan Ezra dengan meneliti firman Allah dan menerjemahkannya ke dalam hidup. Terjemahan Alkitab yang terbaik adalah ketika seseorang mempraktikkannya/ menterjemahkan dalam hidupnya. (w/22)