“Itulah orang-orang yang dicatat oleh Musa dan imam Eleazar, ….. ketika keduanya mencatat orang Israel di padang gurun Sinai sebab TUHAN telah berfirman tentang mereka: “Pastilah mereka mati di padang gurun.” Dari mereka itu tidak ada seorangpun yang masih tinggal hidup selain dari Kaleb bin Yefune dan Yosua bin Nun” (Bilangan 26:63-65).
Kita tentu ingat dengan sensus penduduk yang biasanya di-lakukan secara berkala oleh pemerintah. Program tersebut salah satu tujuannya ingin mengetahui dengan jelas pertumbuhan penduduk di suatu daerah. Berdasarkan data sensus, maka bisa diklasifikasikan dan direncanakan kira-kira program seperti apa yang perlu dibuat untuk lima tahun ke depan demi kesejahteraannya. Atau untuk mengetahui tingkat kelahiran dan kematian. Lalu berdasarkan data ini dibuat program pengendalian kondisi sosial kultural masyarakat.
Suatu ketika Tuhan meminta Musa untuk mendata ulang penduduk Israel yang ada di padang gurun. Hasilnya sungguh mengejutkan Musa. Sebagian besar yang tercatat adalah mereka yang dilahirkan di padang gurun, sedangkan mereka yang keluar dari tanah Mesir sebagian besar meninggal di padang gurun. Tercatat beberapa orang saja yang masih hidup.
Mengapa hal itu terjadi? Bukan karena mereka sakit, dan menjadi lemah, tetapi karena mereka tidak taat dan tunduk kepada Allah dan hamba-Nya. Hati mereka dipenuhi dengan nafsu dan pemberontakan, bahkan mereka juga berlaku zinah dengan cara membuat patung lembu emas dan menyembahnya.
Ada pelajaran “eskatoligis” yang bisa kita jadikan pelajaran dalam peristiwa ini, terutama berkaitan dengan pernyataan Tuhan Yesus: “Aku berkata kepadamu: Ia akan segera membenarkan mereka. Akan tetapi, jika Anak Manusia itu datang, adakah Ia mendapati iman di bumi?” (Luk.18:8).
Dunia tempat kita tinggal penuh dengan tantangan dan persoalan, ringan dan berat, sulit dan mudah, semuanya kita temui. Namun satu hal yang perlu kita renungkan, apakah iman kita tetap teguh atau bergeser saat menghadapi semuanya itu? Ketaatan adalah hal utama yang perlu ada di dalam hidup kita, tentu saja dibarengi dengan ketekunan, kesetiaan dan kerajinan mencari wajah Tuhan.
Karena itu, jadilah taat dalam hidupmu mumpung nafas masih dikandung badan. Hiduplah sebagai anak-anak yang taat dan jangan turuti hawa nafsu yang menguasai kamu pada waktu kebodohanmu (1 Pet. 1:14), perhatikan bagaimana Tuhan Yesus sendiri memberikan teladan. Dan sekalipun Ia adalah Anak, Ia telah belajar menjadi taat dari apa yang telah diderita-Nya (Ibr.5:8).
Mari kita kerjakan, sebab ketaatan adalah kunci kemenangan untuk masuk ke tanah perjanjian Tuhan, Yerusalem Baru.[aw/16]