“Setelah membaca surat itu, jemaat bersukacita karena isinya yang menghiburkan” (Kisah 15:31).
PADA era digital seperti saat ini, agaknya surat tulisan tangan tak lagi menjadi pilihan banyak orang. Hal itu sudah ditinggalkan dan tergantikan oleh sms atau telepon selular murah dan terjangkau.
Namun pada zaman Rasul Paulus, surat sangat memegang peranan penting untuk berkomunikasi. Terutama untuk menyampaikan pesan kepada jemaat. Dalm hal ini sesuai dengan nats kepada jemaat di Antiokhia. Sidang rasul-rasul mengutus Yudas dan Silas bersama-sama dengan Paulus dan Barnabas. Surat tersebut ditujukan kepada jemaat non-Yahudi, yang mana surat itu diterima oleh Yudas (Barnabas) dan Silas, untuk selanjutnya dibacakan bagi jemaat.
Mengapa surat itu ditulis? Sebab para rasul mendengar adanya ajaran yang menyesatkan iman Kristen. Surat tersebut membuat jemaat bersukacita. Sebab isinya menguatkan iman serta meringankan beban mereka dari tuntutan Taurat seperti yang diajarkan pengajar Yahudi. Yudas dan Silas terus memberitakan kasih karunia Kristus dan pengajaran yang sehat.
Kita pun harus melakukan hal yang sama. Sebab kita bisa menjadi alat untuk membangun rohani seseorang atau sebaliknya.
Dunia komunikasi yang berkembang sedemikian besar seharusnya mempermudah kita untuk menghibur dan menguatkan rekan-rekan kita Tetapi apa yang terjadi justru bertolak belakang. Gosip dan fitnah bertebaran di mana-mana. Mereka tidak memanfaatkan media komunikasi untuk mempermuliakan Tuhan. Sebaliknya, mereka menyerang pribadi orang lain.
Bukankah kita harus menjadi terang dan garam bagi dunia ini? Bukankah setiap perkataan kita dapat menjadi berkat bagi orang lain? Bukankah orang-orang yang ada di sekitar kita seharusnya menerima kasih karunia oleh karena hidup kita?
Jadikan media komunikasi sebagai alat kebenaran yaitu surat penghiburan. Lihatlah begitu banyak orang yang membutuhkan kekuatan. Mereka menantikan kita menjangkau mereka dan membawa berita yang akan menguatkan mereka. (/rhb)