“Takut akan Tuhan adalah didikan yang mendatangkan hikmat” (Amsal 15:33)
Pada saat terjadi badai guntur yang hebat, seorang ibu menidurkan anaknya dan mematikan lampu kamarnya. Karena takut pada badai tersebut, sang anak kemudian bertanya, “Mama, maukah Mama menemani aku tidur malam ini?” Sambil memeluknya, sang ibu menjawab, “Tidak bisa, Sayang. Mama harus tidur dengan Papa.” Ketika keluar dari kamar anaknya, sang ibu mendengar, “Dasar Papa pengecut!”
Ketakutan adalah hal yang nyata. Namun, hal itu tidak selalu negatif. Dalam 2 Tawarikh 17:3-10, kita membaca tentang ketakutan yang sehat dan positif, yang mencegah peperangan antara Yehuda dengan kerajaan-kerajaan di sekitarnya. Apa yang menyebabkan ketakutan ini? Dikatakan bahwa “ketakutan yang dari Tuhan menimpa semua kerajaan di negeri-negeri sekeliling Yehuda, sehingga mereka tidak berani berperang melawan Yosafat” (ayat 10).
Raja Yosafat ingin agar rasa hormat dan takut akan Tuhan juga dimiliki rakyatnya. Lalu ia membuat ketentuan utama bahwa mereka akan diajar tentang Taurat Allah. Ia tahu bahwa jika rakyatnya hormat kepada Allah yang Mahakuasa, maka mereka akan merendahkan hati dan menaati Allah. Melakukan apa yang benar akan membawa kemakmuran bagi Yehuda dan penghormatan dari kerajaan-kerajaan yang lain.
Kitab Amsal 15:33 menyatakan, “Takut akan Tuhan adalah didikan yang mendatangkan hikmat.” Orang yang memiliki rasa takut akan Dia akan bertindak dengan penuh hikmat; mereka berjalan dengan setia di hadapan Dia sambil menaati perintah-perintah-Nya —rhb
Rasa Takut yang benar bisa menjaga kita untuk waspada agar tak lakukan kesalahan