“Lalu Yakub memberikan roti dan masakan kacang merah itu kepada Esau; ia makan dan minum, lalu berdiri dan pergi. Demikianlah Esau memandang ringan hak kesulungan itu.” (Kejadian 25:34)

Problem rabun jauh adalah ketidakmampuan untuk melihat suatu benda yang jauh. Meskipun kita biasanya menganggap ini sebagai masa-lah fisik semata, namun istilah tersebut dapat juga digunakan untuk mengungkapkan sebuah ‘kepicikan’ secara rohani (2 Petrus 1:8-9).

Sepertinya ungkapan itu juga cocok ditujukan untuk Esau. Dia menukar hak kesulungannya dan semua berkat jangka panjangnya hanya untuk mencari kepuasan jasmani yaitu semangkuk sup kacang merah yang bisa dinikmati saat itu juga.

Kita seringkali juga menyetujui dan menyalahkan sikap Esau. Namun disisi lain tanpa kita sadari , kita pun seringkali juga bersikap sama dengan Esau. Kita melepaskan sesuatu yang luar biasa dalam hidup kita hanya untuk menikmati kepuasan yang bersifat sementara.

Kapan hal itu terjadi? Ketika kita memberikan prioritas yang lebih tinggi pada keinginan, selera, atau emosi kita dari-pada kepada Tuhan. Jika fokus kita adalah pada hal yang duniawi daripada yang kekal, kita akan membuat keputusan berdasarkan kebutuhan dan keinginan hari ini saja tanpa mempertimbangkan konsekuensi hari esok. Dengan melakukan itu, kita mengorbankan harta abadi untuk kepuasan sesaat.
Untuk berjaga-jaga terhadap apa yang terjadi pada Esau, hindari membuat keputusan penting pada saat kelemahan fisik, emosi, atau rohani. Luangkan waktu untuk meminta bimbingan Tuhan, dan biarkan prinsip-prinsip Alkitabiah memandu pemikiran Anda.

Ingat, pengendalian diri adalah kebajikan yang sangat dihargai Allah (Gal. 5:22-23; 2 Pet. 1:5-8). Jadi, pandanglah setiap godaan dan persoalan sebagai kesempatan untuk melatih pengendalian diri dan memercayai Tuhan.
Ketika kita mencari nasihat Tuhan dalam pengambilan keputusan, pastikan prioritas-kan urusan kekal daripada urusan duniawi. (w/22)