“Hati suaminya percaya kepadanya.…” (Amsal 31:11).
Charles Curtis, seorang pendeta Amerika yang banyak melayani konseling rumah tangga, berkata bahwa 80% dari pasutri (pasangan suami-istri) yang datang berkonseling padanya mengalami masalah yang berakar dari komunikasi. “Suami saya tidak suka berbicara pada saya. Ia lebih suka berdiam diri atau pergi bersama teman-temannya.” Ini adalah keluhan-keluhan yang seringkali didengarnya dari mulut para istri. Padahal, Charles melanjutkan, bahwa komunikasi yang seret, akan berakibat seret pula berkat yang mengalir dari atas. Firman Tuhan dengan jelas menyatakan hal ini dalam Mazmur 133: 1-3. Allah sangat suka dengan rumah tangga yang rukun – maka Ia akan mengalirkan berkat-berkat-Nya seperti sungai.
Menurut pendeta Charles, tempat yang paling tepat untuk berkomunikasi antar anggota keluarga – terutama suami istri adalah di meja makan, saat menikmati hidangan pagi, siang (kalau si suami pulang untuk makan), atau pun malam. Dan malangnya, dalam keluarga-keluarga modern sekarang ini, karena kesibukan masing-masing, saat-saat berharga semacam itu sudah jarang terjadi. Maka tiang komunikasi yang merupakan salah satu tiang penyangga utama bagi sebuah rumah tangga tidak akan berdiri dengan kokoh. Akibatnya, bangunan keluarga itu akan mudah ambruk.
Komunikasi penting untuk membangun kepercayaan satu dengan yang lain. Amsal Salomo mengatakan bahwa yang seharusnya hati suami-suami percaya pada istrinya. Niscaya hubungan mereka akan harmonis. Dan berkat tidak akan terhalang.
Cerita di bawah ini akan menyatakan dengan jelas pentingnya komunikasi dalam rumah tangga.
Sepasang suami isri baru saja pulang dari pemakaman Oom Yoris, seorang laki-laki tua yang hidup bersama mereka selama dua puluh tahun lamanya, dan merupakan beban yang sangat mengganggu mereka karena sifat orang tua itu yang kadang-kadang menjengkelkan. Bahkan suatu kali nyaris menghancurkan rumah tangga mereka.
Sesampainya di rumah si suami berkata pada istrinya, ”Ada sesuatu yang ingin kusampaikan padamu. Jika bukan karena engkau, aku tidak mau tinggal bersama Oom Yorismu itu, walaupun sehari saja.”
Tiba-tiba dengan wajah memerah, si istri berteriak dengan emosi, ”Oom Yorisku?!”
Aku kira Oom Yoris itu punyamu!!”
Komunikasi yang baik mencegah kesalahpahaman.