“Penderitaan ringan…mengerjakan bagi kami kemuliaan kekal yang melebihi segala-galanya, jauh lebih besar dari pada penderitaan kami “ (2 Korintus 4:17)
Piano Steinway lebih disukai oleh para pianis terkenal seperti Rachmaninoff, Horowitz, Cliburn dan Liszt — dengan alasan yang baik. Keunggulan dari alat musik yang dibuat dengan ketrampilan tinggi ini adalah kemampuannya dalam menghasilkan suara yang luar biasa.
Piano Steinway yang diproduksi saat ini, dibuat dengan cara yang sama seperti yang dilakukan 140 tahun yang lalu, ketika Henry Steinway memulai usaha pembuatan piano ini. Diperlukan tidak kurang 200 orang pengrajin dan 12.000 bagian untuk menghasilkan setiap alat musik yang luar biasa itu. Tahap yang paling penting adalah ketika dilakukan pelekukan terhadap 18 lapisan kayu pada kerangka besi untuk membentuk badan piano. Selain itu dilakukan lima kali pelapisan dengan pernis dan penggosokan dengan tangan sehingga piano itu menjadi mengkilap. Setelah itu barulah alat musik itu dibawa ke ruang pengujian untuk dilakukan pengetesan terhadap setiap tuts sebanyak 10.000 kali untuk memastikan kualitas dan daya tahannya.
Para pengikut Kristus juga merupakan hasil dari “pekerjaan tangan”. Kita ditekan dan dibentuk agar semakin menyerupai Dia. Kita dipoles, kadang-kadang dengan gosokan penderitaan, sampai kita “bercahaya.” Kita diuji dalam laboratorium kehidupan sehari-hari. Proses ini tidak selalu menyenangkan, namun kita dapat menghadapinya dengan ketekunan dalam pengharapan, memahami bahwa hidup kita akan semakin memancarkan keindahan kekudusan bagi kemuliaan Allah. Pengujian bukan ditujukan untuk menggusarkan melainkan untuk menguatkan. (rdce/rhb)