“….. tiada seorangpun berkuasa atas hari kematian…..” (Pengkhotbah 8:8).
Seorang bernama Boris Golovko, penduduk Blakhash, Kazakhstan, mungkin dapat disebut orang paling “malas” untuk hidup. Bayangkan, kurang dari sepekan ia telah mencoba tiga kali untuk bunuh diri. Pertama, dengan menyayat nadi pergelangan tangannya, namun kepergok tetangganya. Kedua, ia mencoba lagi dengan menikam dadanya sendiri, tapi eh… rupanya tidak tepat di jantung. Lagi pula ia salah mengambil pisau. Pisau yang dipakainya adalah pisau roti yang sudah tumpul. Rupanya pria ini tidak kapok juga. Ketika dirawat di rumah sakit, ia masih mencoba lagi bunuh diri dengan terjun bebas dari lantai delapan rumah sakit itu. Pikirnya, kali ini usahanya pasti sukses. Wusss…… meloncatlah ia! Sayang, gedung rumah sakit itu penuh dengan gundukan salju. Akhirnya ia jatuh di atas gundukan salju yang empuk dan ia pun selamat lagi!
Ada-ada saja. Selagi orang lain bertahan mati-matian untuk tetap hidup, eh ia malah mati. Tapi orang dari Blakhash ini berusaha mati-matian untuk mati, ia malah tidak mati-mati. Bukankah ini suatu keanehan dan sulit dimengerti, Saudaraku?
Melalui kebenaran Alkitab kita tahu bahwa sebenarnya kematian adalah akibat dari dosa. Saat manusia pertama jatuh di dalam dosa, Allah berfirman, “Dengan berpeluh engkau akan mencari makananmu, sampai engkau kembali lagi menjadi tanah, karena dari situlah engkau diambil; sebab engkau debu dan engkau akan kembali menjadi debu” (Kej. 3:19). Setiap tubuh manusia di muka bumi ini pasti kembali kepada debu. Tetapi ada satu elemen dari manusia yang tidak kembali ke debu atau tanah, roh manusia! Firman Tuhan berkata, “….. debu kembali menjadi tanah seperti semula dan ROH KEMBALI KEPADA ALLAH yang mengaruniakannya” (Pkh. 12:7). Sayang, semua roh yang kembali menghadap Allah tidak menerima perlakuan yang sama. Mereka semua akan diadili Allah. Mereka yang namanya tercatat dalam kitab kehidupan akan menerima hidup kekal di dalam surga. Tapi mereka yang namanya tidak tercantum dalam buku itu akan dilemparkan ke dalam lautan api (Why. 20:15).
Saudara, kematian pasti menjemput siapa saja. Cepat atau lambat kita pasti mengalaminya. Sekarang ini sebenarnya kita semua sedang antri menuju gerbang kematian secara fisik. Ada yang melalui pintu kecelakaan, sakit-penyakit, ataupun karena faktor ketuaan. Manusia memang berusaha semaksimal mungkin untuk menundanya. Tapi sampai kapan? Sebagian pasien melakukan usaha dengan mencari dokter terbaik di seluruh penjuru dunia. Tapi kalau waktunya memang sudah tiba dan malaikat maut sudah memanggil namanya, siapa yang dapat menolak? Tapi orang-orang percaya, yang telah dilahirkan kembali, bila menghadapi kematian fisik ini, mereka hanyalah mengalami suatu perpindahan dari alam fana menuju alam surga yang abadi bersama Kristus. Haleluya![aw]
Hiduplah dalam sikap seolah-olah besok engkau mati.