“Tiba-tiba berdirilah seorang malaikat Tuhan dekat Petrus dan cahaya bersinar dalam ruang itu. Malaikat itu menepuk Petrus untuk membangunkannya, katanya: “Bangunlah segera!” Maka gugurlah rantai itu dari tangan Petrus” (Kisah 12:7).
BENCANA tidak kunjung reda di bangsa ini, dan hal ini berdampak sangat serius dalam kelangsungan hidup manusia di segala kalangan. Ada ungkapan mengatakan “Permasalahan datang tidak seperti pengintai, tetapi persoalan datang seperti barisan battalion yang hendak menyerang musuh (datang dengan bertubi-tubi).” Yang perlu kita ingat bahwa tidak ada rancangan Tuhan yang gagal (Yeremia 29:11). Justru saat kita mengalami berbagai kesusahan, kita akan melihat pertolongan Tuhan. Saat ini sudah waktunya kita buka mata rohani dan menyadari kekuatan manusia sangat terbatas. Apa yang kita miliki tidak dapat memenuhi kebutuhan kita.
Melalui bacaan di atas kita dapat belajar dari kehidupan Petrus. Petrus juga mengalami hal yang sama. Kesulitan menimpa kehidupannya, sepertinya tidak ada lagi jalan keluar, karena Petrus dikawal oleh prajurit. Yang menarik di sini adalah justru saat nyawa Petrus di ujung tombak, atau mungkin malam itu adalah malam terakhir bagi Petrus karena hari esok harus di eksekusi, justru Petrus tertidur dengan lelapnya (ayat 6), artinya Petrus memiliki penyerahan total kepada Tuhan.
Kebanyakan orang menghadapi kesukaran menjadi panik, bersungut-sungut, emosi, dan tidak dapat menguasai dirinya dan otomatis tidak dapat berserah kepada Tuhan. Tuhan bisa buat mujizat dalam hidup kita, asal kita mau berserah total kepada Tuhan. Izinkanlah Tuhan bertindak sesuai kehendak-Nya. Terbukti Tuhan buat mujizat bagi Petrus. Jadi kita dapat melihat ternyata bukan apa yang kita lakukan (bukan dari usaha kita yang lain yang membuat mijizat), ternyata tergantung dari penyerahan total kita kepada Tuhan yang membuat mujizat itu terjadi dalam kehidupan kita. (dmp/rhb)