BETHANY.OR.ID – Telepon berdering pada pukul dua pagi, terdengarlah suara bernada sukacita, seraya berseru, “saya melihat program televisi rohani, dan kotbah Anda menyelamatkan hidup saya!” katanya. Setelah saya selidiki, ternyata penelpon itu adalah seorang dokter yang sebelumnya kecanduan alkohol dan obat-obatan terlarang. Akibat Kecanduan itu praktek medis, keluarga, dan hidupnya jadi berantakan.
Dia berkata : “Saya berada di sebuah kamar motel, dan sekarang merasa hidup kembali ketika melihat program televisi Anda. Dalam keputusasaan saya memutuskan untuk mendengarkan khotbah Anda. Ketika Anda berbicara tentang kunci Kerajaan, saya merasa seperti berada dalam sesi konseling. Saya menanggapi undangan Anda, agar menjadikan Yesus Kristus sebagai Tuhan dalam hidup saya,dan saat itu juga, saya merasa seperti manusia baru.”
Sekarang, 10 tahun kemudian, praktek medis dokter itu dipulihkan, dan dia telah berdamai dengan keluarganya. Hal itu menunjukkan betapa berdampaknya “mimbar konseling” di setiap gereja.
Definisi Mimbar Konseling
Apakah kotbah konseling? Apakah hal itu berbeda dengan kotbah yang lainnya? Dalam pengertian umum, semua kotbah yang menyentuh orang, memiliki tujuan “konseling.” Dalam arti tertentu, mimbar konseling membantu jemaat belajar mengatasi keterbatasan dan belajar hidup secara efektif.
Rasul Paulus menyatakan: “Sebab itu kami tidak tawar hati” (bdk. 2 Korintus 4:8-10,16-181). Ayat ini adalah tema dari mimbar konseling. Dalam menghadapi “persoalan” kita harus memakai “Firman Tuhan.”
Fokus pada kebutuhan
Mengapa orang memiliki persoalan? Sebab kebutuhan dasar dalam dirinya tak terpenuhi, ditambah dengan tekanan yang menjadikannya bisa masuk pada tingkat “stres yang kronis.”
Setiap hari kita bertindak dengan berbagai cara untuk memenuhi kebutuhan fisik kita, untuk mempertahankan hidup.
Kita juga berusaha untuk memenuhi kebutuhan sosial seperti keinginan dihormati, diterima, dan diakui. Dan kita semua memiliki kebutuhan rohani, seperti butuh penebus dosa, butuh rekonsiliasi dengan Allah melalui Kristus, dan butuh memiliki hubungan dengan Bapa oleh Roh Kudus.
Kesulitannya adalah, bahwa tidak semua “kebutuhan” itu bisa segera terpenuhi. Di sinilah dibutuhkan pemahaman dan penyesuaian diri kita dengan kehendak Tuhan.
Ketegangan terjadi ketika kita berusaha agar kebutuhan itu segera terpenuhi. Namun disisi lain ada hambatan yang menghalangi, dan kita merasa dipaksa menunggu jawaban. Akibatnya, kita menderita stress. Hal itu kadang membawa seseorang kepada situasi yang traumatis.
Kunci menghadapinya adalah belajar menyesuaikan diri kita dengan keadaan yang sedang kita hadapi. Reaksi kita terhadap suatu masalah, menentukan sikap dan keyakinan kita, serta karakter dan suasana hati. Selanjutnya hal itu dapat membentuk kualitas perilaku, hubungan, dan gaya hidup kita sehari-hari.
Rasul Petrus menawarkan solusi: “ Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara kamu.” (1 Petrus 5:7).
“Mimbar konseling fokus kepada kebutuhan yang belum terpenuhi, dan juga pada ‘tekanan’ yang sedang dihadapi masyarakat disekeliling kita, serta menawarkan Yesus Kristus yang peduli dengan manusia.
Sumber Kekuatan Rohani
Masyarakat modern telah menjadi mahir dalam menghadapi berbagai masalah. Jasa para konselor dipakai untuk mengalisis hal itu. Tetapi di mana jawabannya?
Mimbar konseling memakai Firman Allah sebagai sumber kekuatan dalam menangani seseorang yang sedang mengalami “stres.” Di situ Yesus Kristus diangkat sebagai sosok yang sanggup memenuhi setiap kebutuhan. Injil Yohanes 1:3-4 menyatakan, “Segala sesuatu dijadikan oleh Dia dan tanpa Dia tidak ada suatu pun yang telah jadi dari segala yang telah dijadikan.Dalam Dia ada hidup dan hidup itu adalah terang manusia.”
Dia adalah jalan dalam setiap situasi. Dia pernah makan dengan pemungut cukai dan orang berdosa, itu adalah bentuk perhatian terhadap kebutuhan seseorang. Dan ia juga bersedia berbicara dengan wanita Samaria. Bagi Yesus Kristus, manusia itu lebih penting dari pada program.
Dia menjalin komunikasi dengan seseorang, meskipun secara tradisi orang itu terlibat banyak kasus perzinahan, namun Tuhan Yesus penuh pengampunan. Banyak hal yang dilakukan Yesus pada saat itu sepertinya bertentangan dengan tradisi Yahudi. Bagi Kristus menyembuhkan seseorang lebih penting daripada tradisi.
Dia memenuhi kebutuhan manusia sesuai dengan kebutuhannya.Bahkan, seluruh pelayananNya ditandai dengan cinta, kasih sayang, perhatian,kelembutan, dan optimisme. Bagi Dia, sikap lebih penting daripada otoritas.
Saat melayani “mimbar konseling” pengkotbah harus menonjolkan Yesus Kristus.
Motivasi Mengubah Prilaku
Apa tujuan dari kotbah? Kotbah harus harus memotivasi orang agar mereka bergerak dari hidup berkualitas rendah menuju kepada kehidupan yang lebih tinggi. Hal itu harus disampaikan dengan penuh urapan dan secara intensif, hingga ada perubahan perilaku yang tepat untuk mengatasi stres.
Alkitab berbicara tentang “perubahan perilaku,” dimana kita harus belajar untuk tumbuh dalam Kristus.
Kita harus mengalami suatu proses yang membuat kita dewasa.
Penelitian menunjukkan, bahwa orang dewasa: Berusaha untuk menyadari diri dengan meminimalkan kelemahan dan memaksimalkan kekuatan; Memupuk objektivitas dengan menerima situasi sebagaimana adanya, bukan meresponi dengan melakukan sesuatu, sesuai dengan apa yang mereka kehendaki; Menyesuaiakan diri dengan lingkungan melalui pola pikir positif; Menjaga keselarasan antara berpikir, merasa, dan melakukan; Menampilkan optimisme dengan melihat masalah sebagai tantangan untuk diselesaikan, bukan sebagai penyebab depresi; Menerima tanggung jawab atas perilaku pribadi dengan menjaga komitmen dan menjaga integritas dalam hubungan.
Alkitab mengatakan, bahwa kita harus bertumbuh, dan berlimpah kasih terhadap sesama. Selalu haus firman Allah. Dan juga melakukan segala upaya untuk menambahkan kepada iman kebajikan, dan kepada kebajikan pengetahuan, dan kepada pengetahuan penguasaan diri, kepada penguasaan diri ketekunan, dan kepada ketekunan kesalehan, dan kepada kesalehan kasih akan saudara-saudara, dan kepada kasih akan saudara-saudara kasih akan semua orang. Ini adalah kekuatan dari mimbar konseling.
Di bawah pengurapan Roh Kudus, Firman yang dikotbahkan hendaknya berfokus pada kebutuhan, menawarkan kebenaran Allah (sumber spiritual), dan memotivasi perubahan perilaku. [Sumber: http://enrichmentjournalag.org/tab.bethany/wic]
Profil singkat:
Dr. Paul L. Walker menjabat sebagai wakil pimpinan pada Lee University dan sekaligus pada Gereja God Pantecostal Theological Seminary yang berada di Cleveland, Tennesee (USA). Telah membaktikan dirinya selama 50 tahun selaku pendeta dan pemegang administrasi Church of God.
Pada 1996-2000 Ketua Umum Church of God . Mengkordinir lembaga-lembaga pelayanan denominasi gereja yang beranggotakan sekitar 6 juta jemaat pada lebih dari 159 negara.
Tahun 2000-2004, bertugas sebagai Chancellor dari Divisi Pendidikan untuk Church of God, Pada 2004 itu dia dipilih kembali sebagai Wakil Ketua Umum dari International Executive Committee (2004-2006) dan menyusul diangkat sebagai Sekretaris Jenderal pada lembaga tersebut pada 2006-2008. untuk merancang dan mengkordinasi lembaga-lembaga pelayanan/ Buku-bukunya: Ministry of Church and Pastor; Counseling Youth; Faith in Action; Understanding the Bible and Science; Knowing the Future; Courage of Crisis Living; The Ministry of Worship; dan Keep Your Joy. Selain itu, dia juga pengisi atau kontributor pada The Spirit Filled Life Bible, The Billy Graham Training Centre dan lain-lain. Agustus 2011, menjadi pembicara SPGI, di Gereja Bethany Nginden Surabaya. [wic]