BETHANY.OR.ID – Keluarga adalah unit terkecil masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga dan anggotanya, terutama isteri anak-anak mereka. Untuk mencapai keluarga bahagia, damai dan sejahtera dibutuhkan teladan dari pemimpin dalam keluarga, yaitu suami dan isteri sebagai ibu dalam rumah tangga itu. Kunci untuk membangun ’kedekatan emosional’ antara suami dan isteri ada pada komunikasi yang efektif. Dengan menggunakan komunikasi yang efektif, maka pesan maupun isi perasaan antara suami dan isteri dapat tersampaikan dengan sepenuhnya, dan bisa dipahami oleh pasangannya, sehingga makin mempererat hubungan emosional keduanya.
Komunikasi bukan hanya sekedar berbicara. Seperti yang sudah kita ketahui, ada 4 komponen penting dalam komunikasi yaitu: pembicara, pendengar, isi pesan dan media penyalur pesan. Ada persyaratan yang perlu dipenuhi agar komunikasi menjadi efektif. Sebagai pembicara, diperlukan kemampuan berbicara melalui alat wicara yang lengkap (tentunya bagi orang tanpa cacat alat wicaranya). Dalam hal ini artikulasi, volume dan tinggi rendah suara, bahkan mimik maupun gerakan tubuh harus diperhatikan dengan baik. Sering kita berbicara dengan cara bergumam atau artikulasinya tidak jelas, hal ini membuat pasangan yang diajak bicara tidak mengerti. Akibat ketidakmengertiannya, respon yang diberikan juga tidak sesuai yang diharapkan, sehingga bisa terjadi kesalahpahaman yang berujung pada pertengkaran.
Sebagai pendengar yang baik, pasangan (suami/ isteri) perlu bersikaplah santun, menyimak apa yang dikatakan oleh pasangannya dan waspada, artinya memperhatikan benar-benar terhadap apa yang diucapkan pasangannya. Perlu juga memperhatikan bahasa non verbal, karena mungkin ada pesan tersendiri dari bahasa non verbal yang kadang-kadang tidak terucapkan. Karena itu saat berkomunikasi perlu kontak mata dan memperhatikan pembicara dengan seksama, sehingga pembicara merasa diperhatikan dan dihargai. Hindari mendengarkan pasangan sambil jalan ke sana ke mari, karena mungkin saja apa yang didengar menjadi terpotong-potong, sehingga pesan yang disampaikan menjadi terdistorsi. Pasang telinga lebar-lebar, agar dapat menangkap maksud pembicaraan pasangan. Pasangan juga perlu memusatkan perhatian agar dapat konsentrasi pada pembicaraan, tidak ”melambung” ke sana ke mari. Yang tak kalah pentingnya dalam komunikasi dengan pasangan adalah apapun isi komunikasi itu, harus dilandasi rasa kasih sayang, agar kalau ada hal-hal yang tidak diinginkan atau tidak sependapat, pasangan tidak menjadi kecewa atau marah, melainkan tetap menjadi pemurah dan pemaaf.
Bisa mengerti dan memahami pola pikir dan sudut pandang pasangan merupakan rasa empati yang perlu dipupuk. Dengan berempati kita dapat menemukan serta menyimpulkan makna emosi di balik kata-kata dan memberikan respon yang tepat, sehingga antara kita dan pasangan merasa ada satu kesatuan dalam menghadapi berbagai masalah.
Kemampuan memilih cara penyampaian pesan juga diperlukan. Sebagai manusia, pada saat berkomunikasi seringkali terpengaruh oleh kondisi fisik maupun suasana emosi. Hal ini sangat mempengaruhi kualitas dalam menerima dan mengolah isi pembicaraan dan dengan sendirinya bisa menimbulkan salah persepsi. Kondisi fisik, misalnya karena lapar atau demam, dapat menimbulkan kurangnya kemampuan memfokuskan pikiran dan mempertahankan konsentrasi. Sebagai contoh, berbicara dengan pasangan yang sedang sakit dengan daya konsentrasi yang berkurang, sebaiknya memakai kalimat pendek dan diulang bila perlu. Menghindari penyampaian pesan penting pada saat pasangan lagi marah atau kalut, merupakan perbuatan yang bijaksana.
Selain persyaratan di atas ada satu hal lagi yang harus diperhatikan yaitu sabar. Artinya pasangan perlu sabar menunggu pembicara menyelesaikan pembicaraannya. Menyela atau memotong pembicaraan pasangan, selain tidak sopan juga mengurangi makna isi pesan. Pada orang tertentu sering isi pesan baru terucapkan di akhir pembicaraan, namun ada juga yang tanpa ”berputar-putar”, langsung berbicara tentang pokok masalahnya. (Bersambung)
Artikel ini ditulis Oleh: Pdm. Dr. Soetjipto, SpKJ (Diaken Gereja Bethany Nginden) Dinas: Poliklinik Rumatan Metadon, Departemen Psikiatri, RSUD Dr. Soetomo/FK UNAIR. Praktek sehari-hari di Barukh Utara XIV NO 86 Surabaya