“…… TUHAN, aku tidak tinggi hati, dan tidak memandang dengan sombong; aku tidak mengejar hal-hal yang terlalu besar atau hal-hal yang terlalu ajaib bagiku” (Mazmur 131:1).
Bandingkan ayat di atas dengan Rm. 12:3, “…… Janganlah kamu memikirkan hal-hal yang lebih tinggi dari pada yang patut kamu pikirkan, tetapi hendaklah kamu berpikir begitu rupa, sehingga kamu menguasai diri menurut ukuran iman, yang dikaruniakan Allah kepada kamu masing-masing.”
Apabila kita membaca ayat ini sekilas, seolah-olah pengertiannya bertentangan dengan doktrin iman yang selama ini kita dengar. Bukankah kita telah diajar supaya kita memiliki iman yang senantiasa bertambah? Jika Allah telah menentukan ukuran iman kita masing-masing, bagaimana kita dapat menambah iman kita lagi? Pengertian ukuran iman kiranya tidak dilihat dari satu sisi saja. Kita harus melihat pengertian iman ini dalam konteks yang benar.
Menurut firman Tuhan, iman dapat dibagi menjadi beberapa kategori: tanpa iman (Mrk. 4:40), iman kecil (Mat. 6:30), iman bertambah (Luk. 17:5), iman besar (Mat. 8:10), iman kuat (Rm. 4:20), dan iman penuh (Kis. 6:5). Bagaimana ada orang mempunyai iman yang kecil, tapi juga ada yang mempunyai iman yang besar bahkan penuh? Apakah Allah telah menentukan kadar iman masing-masing orang percaya?
Dalam beberapa kali kesempatan, Tuhan Yesus menghardik orang-orang yang mempunyai iman kecil atau bahkan yang tidak beriman sama sekali. Jika memang benar bahwa Allah telah menentukan besar iman pada masing-masing orang percaya, tentunya Tuhan Yesus akan menyadari dan tidak perlu menghardik mereka, karena iman mereka memang ditentukan sebesar itu. Kenyataannya? Yesus mencela ketidakpercayaan atau iman mereka yang kecil! Hal ini memberi kesimpulan kepada kita bahwa kita bertanggung jawab terhadap iman kita. Kita harus meningkatkan iman dan percaya kita kepada Allah.
Bagaimana kita dapat meningkatkan iman kita? Firman Tuhan mengajarkan, “Jadi, iman timbul dari PENDENGARAN, dan pendengaran oleh FIRMAN KRISTUS” (Rm. 10:17). Inilah satu-satunya cara supaya iman kita senantiasa bertambah, yaitu dengan mendengarkan firman Tuhan – bukan dengan mendengarkan pesawat televisi, tetangga ngrumpi, atau mendengarkan gosip.
Simak saja kisah wanita yang mengalami kesembuhan dari sakit pendarahan setelah menjamah ujung jubah Yesus (Luk. 5:25-34). Sebelum wanita ini bertindak di dalam iman, Alkitab berkata, “Dia sudah MENDENGAR berita-berita tentang Yesus….” (ay. 27). Imannya timbul, karena dia sudah mendengar berita tentang Yesus! Iman adalah percaya – tanpa dibumbui dengan tapi! [rhb]