“Semoga Allah, yang adalah sumber ketekunan dan penghiburan, mengaruniakan kerukunan kepada kamu, sesuai dengan kehendak Kristus Yesus, sehingga dengan satu hati dan satu suara kamu memuliakan Allah dan Bapa Tuhan kita, Yesus Kristus.” (Roma 15:5-6)
Pada minggu-minggu awal bulan September ada baiknya kita berbincang dan merenung tentang “kerukunan.” Kata tersebut tentunya tak asing bagi kita, seringkali kita mendengar kata itu. Walau kenyataannya disana sini kita melihat banyak yang hidup tidak rukun.
Didalam Mazmur 133, Daud dalam nyanyian ziarahnya menyatakan, sungguh alangkah baiknya dan indahnya, bila saudara seiman hidup rukun bersama, sebab Tuhan akan memerintahkan berkatNya ke tengah-tengah mereka. Nyanyian Itu adalah suatu pengharapan dan kerinduan seorang raja besar yang menginginkan rakyatnya diberkati Tuhan. Jika mau diberkati, mesti hidup rukun, kalau hidup tak rukun, maka berkat Tuhan takkan turun.
Rasul Petrus dalam suratnya menegaskan, bahwa suami istri mesti rukun agar doa mereka tak terhalang (1 Petrus 3:7), dengan kata lain jika suami istri rukun berkat akan dicurahkan. Bagaimana dengan keluarga kita? Maukah kita hidup rukun? Maukah para suami ataupun istri dan juga anak-anak hidup rukun? Mari singkirkan penghalang berkat rumah tangga kita, yaitu hidup tidak rukun. [wic].
Hidup rukun membuka pintu berkat bagi keluarga kita