“Akulah pokok anggur yang benar dan Bapa-Kulah pengusahanya. Setiap ranting pada-Ku yang tidak berbuah, dipotong-Nya dan setiap ranting yang berbuah, dibersihkan-Nya, supaya ia lebih banyak berbuah.” (Yohanes 15:1-2)
Fruitland, Carolina Utara dikenal sebagai penghasil apel berkualitas. Salah satu faktor yang menyebabkan buah apel di daerah tersebut berkualitas adalah proses pemangkasan cabang-cabangnya. Walau tampaknya pohon itu akan mati, tetapi pertumbuhan baru akan muncul dari luka-lukanya. Para ahli yang mengelola kebun itu sudah puluhan tahun melakukannya, dan terbukti menghasilkan buah apel yang berkualitas.
Demikian juga dengan buah anggur, untuk dapat menghasilkan buah yang berkualitas, maka beberapa cabang juga harus dipangkas.
Pola pemangkasan pada tanaman buah apel atau anggur dapat membantu kita untuk memahami, mengapa Tuhan terkadang bertindak sebagai pisau pemangkas dalam kehidupan ini?
Untuk mendapatkan panen buah rohani yang berlimpah, Tuhan sesuai kehendakNya harus menyingkirkan apa pun yang menghalangi proses pertumbuhan rohani kita dna menjadi orang yang sesuai dengan rancangaNya.
Prosesnya seringkali me-nyakitkan karena Tuhan menghilangkan kebiasaan kedagingan dan sikap duniawi. Namun pemangkasan-Nya membuat kita menjadi cerminan Yesus Kristus yang lebih akurat.
Dicintai Tuhan bukan berarti dimanjakan. Kadang-kadang Tuhan harus membuat kita ‘merasa kesakitan’ agar kita dapat menghasilkan pertumbuhan rohani yang lebih sehat, memiliki karakter seperti Kristus, dan hidup ‘kelimpahan.’
Tuhan memotong/memang-kas kebiasaan dan sikap kedagingan dari hidup kita, diantaranya amarah, dendam, iri hati, dengki, tamak, sombong, percabulan, kecemaran, hawa nafsu, perseteruan, perse-lisihan, kepentingan diri sendiri, percideraan, roh pemecah, kemabukan, pesta pora dan sebagainya (Galatia 5:19-21).
Ketika sikap dan sifat yang tak sesuai dengan Tuhan dipotong habis, maka hal itu memungkinan kita mengalami pertumbuhan ke arah keserupaan dengan Kristus. (w/22)