“Maka tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan, lalu Ia mengulurkan tangan-Nya, menjamah orang itu dan berkata kepadanya: “Aku mau, jadilah engkau tahir” (Markus 1:41).
Kata yang paling umum dipakai dalam Perjanjian Baru untuk menyatakan belas kasihan Allah adalah splanchnizomai. Kata kerja ini dipakai 12 kali, termasuk dalam pembacaan ayat hari ini. Satu kali lagi dipakai dalam belas kasihan yang ditunjukkan oleh orang Samaria (Luk. 10:33). Sisanya menunjuk pada belas kasihan Allah.
Dalam dua perumpamaan lainnya, Yesus menggunakan kata ini untuk menunjuk pada belas kasihan Allah dalam menyelamatkan dan mengampuni manusia. (Mat. 18:27; Luk. 15:20). Dan sisanya menunjuk pada motivasi Yesus menyembuhkan dan mengadakan mukjizat. Jadi, 9 dari 11 peristiwa menunjuk pada belas kasihan Yesus menyembuhkan manusia.
Belas kasihan merupakan pengharapan bangsa Israel. Karena oleh belas kasihan inilah mereka mengalami kuasa, perlindungan, dan kelepasan saat Firaun dan pasukannya mengejar-ngejar mereka dan menyebut mereka dengan umat kepunyaan Allah. Sebab itu Musa menyerukan, “….. TUHAN, TUHAN, Allah penyayang dan pengasih, panjang sabar, berlimpah kasih-Nya dan setia-Nya” (Kel. 34:6). Karena ini adalah karakter Allah, para nabi menyatakan bahwa belas kasihan merupakan tuntutan Allah (Hos. 6:6; Mik. 6:8; Ams. 19:17).
Sekarang kita sadar bahwa Allah kita adalah Allah yang penuh dengan belas kasihan. Ia mudah untuk berbelas kasihan kepada manusia. Belas kasihan-Nya yang paling nyata dapat kita saksikan melalui pengorbanan Kristus di kayu salib. Kalau Allah tidak berbelas kasihan, manusia tidak akan pernah dapat menerima anugerah keselamatan.
Tidak hanya dalam hal keselamatan saja Ia berbelas kasihan, Ia juga berbelas kasihan kepada kita saat kita lemah, sakit, atau dalam kesulitan. Tetapi mengapa Ia sepertinya “cuek” dan tidak menjawab doaku? Bukan Anda saja yang bertanya dengan pertanyaan seperti ini. Ribuan, mungkin jutaan orang Kristen bertanya seperti ini.
Pikiran kita bukanlah pikiran Allah. Apabila kita hidup dalam kebenaran, dan persoalan yang menimpa kita yang kita tahu pasti bukanlah karena kebodohan kita, berarti Allah mau menggembleng kita supaya kita percaya kepada-Nya. Memang berat apa yang kita alami itu, tetapi percayalah bahwa belas kasihan-Nya berlaku hingga kini. Anda dapat bersandar pada belas kasihan Allah sepenuhnya.
Belas kasihan Allah adalah pengharapan umat manusia.