“Tetapi orang-orang Yahudi menjadi iri hati dan dengan dibantu oleh beberapa penjahat dari antara petualang-petualang di pasar, mereka mengadakan keributan dan mengacau kota itu. Mereka menyerbu rumah Yason dengan maksud untuk menghadapkan Paulus dan Silas kepada sidang rakyat” (Kisah 17:5).
BEREBUT pengaruh di dalam pelayanan, adalah suatu sikap yang sungguh sangat memalukan. Tetapi, tidak dapat dipungkiri, inilah realita yang terkadang hidup dan berkembang di dalam gereja Tuhan.
Paulus dan Silas berhasil mendapatkan banyak pengikut di Tesalonika. Sejumlah besar orang Yunani, dan bahkan para perempuan terkemuka telah dipengaruhi oleh Paulus dan Silas. Mereka mau mendengarkan dan mengikuti ajaran yang disampaikan oleh kedua Hamba Tuhan tersebut.
Di lain pihak, keberhasilan Paulus dan Silas memantik rasa cemburu yang meledak-ledak dari orang-orang yang terancam kehilangan pengaruh. Mereka menjadi gelap mata. Secara menjijikkan, mereka tega melakukan konspirasi dengan para preman jalanan, demi menjatuhkan citra pelayanan Paulus dan Silas.
Begitu mengerikan kuasa iri hati, kalau dia diizinkan merasuki jiwa. Dia sanggup membutakan mata hati. Iri hati, bahkan mampu mengubahkan manusia yang paling lembut sekalipun, menjadi orang yang buas dan tidak berperikemanusiaan.
Mengapa orang-orang di Tesalonika begitu tega berniat hendak mencelakakan Paulus dan Silas? Ya, karena banyak orang-orang terkenal, dan perempuan-perempuan kaya yang tidak pelit, menjadi pengikut Paulus dan Silas. Bayangkan saja, berapa besar keuntungan yang akan diperoleh, kalau orang-orang itu menjadi pengikut mereka?
Motivasi pelayanan adalah ujian untuk kemurnian dari pelayanan itu sendiri. Memang, tidak sedikit orang yang memberitakan Injil karena iri hati. Atau untuk mencari nama. Bahkan, memberitakan Firman untuk mencari penghidupan. Tetapi, mbok ya… jangan gelap mata dong, sehingga menghalalkan segala macam cara untuk menjatuhkan “lawan”. Dimana hati nuranimu? (rhb)