“Seperti anak-anak panah di tangan pahlawan, demikianlah anak-anak pada masa muda” (Mazmur 127:4).
Seorang pelaut tua memutuskan untuk berhenti merokok setelah diketahui burung beo kesayangannya menderita batuk-batuk sambil kejang-kejang. Ia berpikir, “Jangan-jangan asap rokok dari pipaku ini membuatnya sakit.”
Dengan segera pelaut tua ini membawa burungnya ke dokter hewan yang paling terkenal di kota itu. Setelah melalui analisa yang cukup rumit akhirnya kesimpulan didapat, burung ini tidak menderita psitakosis (penyakit perut dengan demam tinggi) ataupun pneumonia (radang paru-paru). Burung itu hanya menirukan batuk tuannya, si penghisap pipa.
Saudara, apa saja yang kita lakukan kerap kali ditiru oleh orang-orang di sekitar kita, tidak peduli apakah tindakan kita itu baik ataukah buruk. Tidak salah bila ada peribahasa berkata: Guru kencing berdiri, murid kencing berlari.
Firman Tuhan mengajarkan kepada kita supaya kita mengarahkan anak kita dengan benar. Secara psikologis pun, perkembangan anak sangat dipengaruhi oleh lingkungan di mana mereka berada. Sayangnya, pelajaran yang baik tidak bisa mereka dapatkan di lingkungan teman-temannya. Sebaliknya, dari kawan-kawannya itulah anak-anak kita berkenalan dengan gambar-gambar cabul, rokok, minuman keras, sabu-sabu, putau, dsb. Jika para orang tua tidak mengarahkan anak-anak mereka – mengajar mereka untuk takut akan Allah – maka mereka akan mencari kepuasan di luar lingkungan keluarga.
Ketika Lot memberitahu kedua bakal menantunya mengenai hukuman Tuhan yang akan dijalankan, kedua menantunya menganggap Lot hanya berolok-olok (Kej. 19:14). Mengapa demikian? Sebab Lot kurang memiliki integritas sebagai hamba Allah, sehingga perkataannya tidak lebih dari sebuah lelucon belaka. Lebih menyedihkan lagi, ketika malaikat Tuhan menyuruh keluarga ini supaya jangan berlambat-lambat, karena hukuman Allah segera tiba, mereka tetap santai sehingga malaikat Allah perlu menarik tangan istri dan anak-anak Lot (ay. 16). Jelas, keluarga ini kurang tanggap terhadap firman Tuhan. Mereka kurang menghargai firman Tuhan yang disampaikan.
Berbeda sekali dengan keluarga Nuh. Firman Tuhan berkata, “Karena iman, maka Nuh – dengan petunjuk Allah tentang sesuatu yang belum kelihatan – dengan TAAT mempersiapkan bahtera untuk menyelamatkan keluarganya; dan karena iman itu ia menghukum dunia, dan ia ditentukan untuk menerima kebenaran, sesuai dengan imannya” (Ibr. 11:7). Lihatlah ketaatan yang ditunjukkan oleh Nuh dan keluarganya. Mereka tidak menyisakan hati sedikit pun bagi dunia ini. Mereka taat dan hanya taat kepada firman Allah saja. Nuh berhasil menjadi seorang kepala keluarga yang membawa anggota keluarganya untuk takut akan Allah.[rhb]
Hanya pemanah terlatih yang berhasil membidikkan sasarannya.