Pada hari ketiga ada perkawinan di Kana yang di Galilea, dan ibu Yesus ada di situ; Yesus dan murid-murid-Nya diundang juga ke perkawinan itu. Ketika mereka kekurangan anggur, ibu Yesus berkata kepada-Nya: “Mereka kehabisan anggur.” (Yohanes 2:1-3)
Allah begitu perhatian terhadap keluarga. Kitab Kejadian misalnya, diawali dengan pembentukan keluarga yaitu dipersatukannya Adam dan Hawa, sedangkan dalam perjanjian baru ada Yusuf dan Maria.
Mukjizat pertama yang dinyatakan Tuhan Yesus, bukan membangkitkan orang mati, melainkan saat Ia menghadiri perjamuan kawin di Kana. Ia datang dan mengadakan mukjizat ditengah-tengah keluarga yang sedang mengadakan perjamuan kawin.
Dalam kitab Wahyu disebutkan, bahwa Yesus sebagai mempelai pria dan gereja sebagai mempelai wanita. Sekali lagi istilah yang berkaitan dengan keluarga ditekankan.
Jadi Alkitab sangat menyentuh “keluarga” dan Allah fokus di dalamnya. Jika allah sungguh-sungguh ada ditengah-tengah keluarga, tentu saja ada “sorga” dalam keluarga tersebut.
Alkitab mengungkap, bahwa sorga bukanlah soal makanan dan minuman, tetapi soal kebenaran, damai sejahtera dan sukacita oleh Roh Kudus (Roma 14:17).
Lalu bagaimana supaya “sorga” menjadi nyata di dalam keluarga? Ada dua hal yang harus kita penuhi, diantaranya :
Kejujuran
Jujur Dalam Perkataan. Kita harus berkata benar sesuai dengan kenyataan tanpa ada tendensi pembelaan diri untuk menghindar dari suatu konsekuensi yang harus kita terima, seperti yang dilakukan oleh Adam maupun Hawa ketika jatuh dalam dosa karena ketidaktaatannya (Kejadian 3:9-11)
Jujur Dalam Keuangan. Apabila tidak ada kejujuran dalam hal keuangan, maka akan berakibat fatal, baik itu dalam keluarga, pekerjaan dan lain sebagainya. Sebagai contoh adalah Ananias dan Safira, karena ketidak jujurannya dalam hal keuangan sehingga kedua-duanya mengalami kematian. (Kisah Rasul 5:1-10).
Ada kasih Kristus
Dalam Efesus 5:25 dikatakan, ”Hai suami, kasihilah isterimu sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri-Nya baginya.” Dalam ayat ini tidak hanya ditujukan pada suami saja, namun kedua-keduanya harus saling mengasihi yang dilandasi oleh kasih Kristus; seperti halnya Kristus mengasihi jemaat. Dan dalam kasih tentunya ada suatu pengorbanan seperti yang dilakukan oleh Yesus, dimana Dia rela mati bagi manusia supaya bahagia. [dopus/19]