TUHAN berfirman kepada Musa: “Perintahkanlah kepada orang Israel dan katakanlah kepada mereka: Dengan setia dan pada waktu yang ditetapkan haruslah kamu mempersembahkan persembahan-persembahan kepada-Ku sebagai santapan-Ku, berupa korban api-apian yang baunya menyenangkan bagi-Ku. (Bil. 28:1-2)
Kecenderungan orang adalah menyenangkan diri sendiri, mengapa demikian karena pada dasarnya manusia itu memiliki kecenderungan untuk mementingkan diri sendiri. Untuk menyenangkan hatinya seseorang berusaha sedemikian rupa untuk memenuhi hobinya. Jika punya duit, berapapun harga mobil balap maka akan dibelinya. Namun, bagi orang yang hidup sederhana, hobi disesuaikan dengan kemampuannya. Ada yang puas kalau bisa memainkan mobil-mobilan saja, atau sekedar mengail ikan di tambak, dan lain sebagainya. Yang penting hatinya senang dan dipuaskan dengan permainan itu.
Menyenangkan diri sendiri itu sudah biasa dilakukan orang banyak, tetapi menyenangkan hati orang lain itu sangatlah berat. Hal ini dapat dilihat ketika sekelompok orang naik bis kota, naik kereta, naik kendaraan umum lainnya, apalagi kalau hari raya. Maka baik yang tua ataupun yang muda, laki-laki atau perempuan, semua pada berebut naik, sampai-sampai ada yang berbenturan hingga jatuh dan luka.
Tetapi tidak demikian halnya dengan Paulus, ia tahu akan posisinya. Ia adalah bapak rohani yang patut dijadikan teladan. Ia tidak mementingkan diri sendiri, karenanya dengan penuh keberanian ia menyatakan: “Sama seperti aku juga berusaha menyenangkan hati semua orang dalam segala hal, bukan untuk kepentingan diriku, tetapi untuk kepentingan orang banyak, supaya mereka beroleh selamat” (1 Kor. 10:33).
Meskipun demikian Paulus bukan “tipe penjilat” menyenangkan hati orang untuk kepentingan dirinya sendiri. Ia mengajarkan melakukan segala sesuatu dengan tulus ihklas.
Pada bagian lain ia berkata: “Jangan hanya di hadapan mereka saja untuk menyenangkan hati orang, tetapi sebagai hamba-hamba Kristus yang dengan segenap hati melakukan kehendak Allah…..” (Ef. 6:6). Hal senada diungkapkan juga dalam Kolose 3:22 dan 1 Korintus 10:33.
Namun yang paling penting adalah menyenangkan hati Allah, dan ini adalah hal utama di dalam hidup orang Kristen. Sama seperti menyenangkan hati orang tua kita dengan bersikap baik, sopan, rajin belajar, bekerja giat, hidup rukun dan lain sebagainya. Terlebih jika kita mau menyenangkan hati Tuhan, maka kita pun harus bersikap lebih dari menyenangkan orang tua.
Menyenangkan hati Tuhan itu adalah pintu untuk menyenangkan diri kita sendiri dan menyenangkan keluarga kita, karena itu diberkatilah orang yang datang dalam nama-Nya (Mzm. 118:26). Karena itu penuhi hidup kita dengan prilaku yang menyenangkan hati Tuhan. [aw/16]