“Ketika mereka berjalan ke luar kota, mereka berjumpa dengan seorang dari Kirene yang bernama Simon. Orang itu mereka paksa untuk memikul salib Yesus” (Matius 27:32).
Kirene adalah ibu kota provinsi Romawi di Afrika Utara (sekarang: Libya). Kota inilah menjadi tempat tinggal Simon. Kedatangannya ke Yerusalem pada saat itu, kemungkinan besar karena adanya perayaan Paskah. Dan pada saat-saat itu memang banyak pelancong yang datang dari berbagai tempat untuk berkumpul di Yerusalem, termasuk orang-orang dari Kirene (Kis. 2:10; 6:9). Ketika Simon sedang memperhatikan prosesi penyaliban Yesus, saat itulah ia dipaksa untuk memikul salib Yesus.
Siapakah sebenarnya Simon yang disebut orang Kirene itu?
Markus memberikan keterangan seperti ini, “Pada waktu itu lewat seorang yang bernama Simon, orang Kirene, ayah Aleksander dan Rufus, yang baru datang dari luar kota, dan orang itu mereka paksa untuk memikul salib Yesus” (Mrk. 15:21). Markus memberikan keterangan “ayah Aleksander dan Rufus” yang menunjuk bahwa Aleksander dan Rufus di kenal di kalangan orang percaya. Dalam salah satu suratnya, Paulus memberi salam kepada Rufus (Rm. 16:13). Dengan identifikasi ini, menunjukkan bahwa Rufus adalah orang percaya yang cukup terkenal di kalangan gereja Tuhan.
Pada tahun 1962, arkeolog N. Avigad, mempublikasikan penemuan kuburan yang diidentifikasi milik orang-orang Yahudi Kirene di lembah Kidron. Salah satu kuburan itu bertanda bahasa Aram “Alexander orang Kirene”, dan dua kali dalam bahasa Yunani “Alexander anak Simon”. Apakah Aleksander ini anak Simon orang Kirene itu? Kemungkinan besar, ya.
Alkitab menyatakan bahwa Simeon (para teolog percaya bahwa Simeon ini adalah Simon orang Kirene yang memikul salib Yesus itu), disebut dengan Niger (Kis. 13:1; Niger berarti hitam). Kesimpulannya, orang-orang kulit hitam Afrika memegang peranan penting dalam prosesi penyaliban Yesus.
Bila banyak orang begitu antipati terhadap kaum hitam, mereka lupa bahwa orang kulit hitamlah yang membantu memikul salib Yesus. Pertemuan Simon dengan Yesus dalam suasana yang tidak nyaman seperti itu cukup baginya untuk memahami bahwa Yesus bukanlah manusia biasa.
Saudara, saya yakin bahwa Simon bukannya secara kebetulan dipaksa untuk memikul salib Yesus. Ia dipilih oleh Allah sebagai suatu kebanggaan bahwa kaumnya dipilih untuk tugas mulia ini. Allah tahu bahwa ras berkulit gelap kerap menjadi sasaran pelecehan oleh orang-orang berkulit putih. Tetapi Allah cinta kepada semua bangsa. Allah mengasihi manusia dari berbagai ras. Orang Amerika, Eropa, Asia, Afrika, dan Australia, semuanya dikasihi, karena Allah yang menciptakan mereka.[rhb]
Yesus adalah Tuhan atas segala bangsa.