“Lalu Hizkia memalingkan mukanya ke arah dinding dan ia berdoa kepada TUHAN: “Ah TUHAN, ingatlah kiranya, bahwa aku telah hidup di hadapan-Mu dengan setia dan dengan tulus hati dan bahwa aku telah melakukan apa yang baik di mata-Mu.” Kemudian menangislah Hizkia dengan sangat.” (2 Raja raja 20 :1-3)
Nats di atas merupakan sebuah doa ratapan yang dipanjatkan Hizkia kepada Tuhan. Emosi Hizkia tak terbendung tatkala Tuhan melalui nabi Yesaya memperingatkan, bahwa dia akan mati, sebab sakitnya parah dan tak mungkin disembuhkan. Air mata membasahi pipinya, ia merasa tidak siap jika harus mati hari itu. Dia berdoa memohon belaskasihan Tuhan turun atasnya.
Hal yang sama tentunya akan kita lakukan jika kita dalam posisi seperti Hizkia. Saya teringat ketika pada 1999, seorang diaken berkata, “Tuhan berikan kesempatan aku hidup, sebab aku masih belum maksimal melayaniMu.” Hal itu dikatakannya setelah dokter menvonisnya terkena sakit jantung. Beberapa hari ia harus dirawat inap di sebuah rumah sakit di Surabaya. Tak ada yang bisa dilakukannya kecuali minta belaskasihan Tuhan. Saya yakin diantara kita pun juga pernah mengalaminya.
Dari situ kita bisa melihat betapa berharganya menyediakan waktu khusus untuk Tuhan. Namun sayangnya, terkadang seseorang baru menyadarinya ketika menghadapi persoalan seperti sakit,kesulitan keuangan, ditimpa musibah, diancam, dan butuh pertolongan lainnya. Dalam hal ini, sama seperti Tuhan menolong Hizkia, dia pun juga pasti menolong kita.
Tetapi alangkah indahnya, jika pertemuan dengan Tuhan itu kita lakukan setiap hari tanpa harus menunggu kita mengalami sakit parah atau terpenjara persoalan. Karena itu marilah kita bangun hubungan dengan Tuhan melalui doa. Sediakan waktu khusus untuk Tuhan, maka Ia akan memberkati kita [rhb]