BETHANY.OR.ID-Ditahun-tahun mendatang, kecenderungan baru secara global dalam hal pelayanan, ialah diukur sejauhmana pelayanan para pendetanya. Bukannya diukur dari jumlah jemaat yang beribadah di gereja-gereja setempat, akan tetapi dari sejauhmana tingkat kekerabatan (partnerships) yang dibangun secara mendunia oleh seseorang pastor. Tuhan membangkitkan sinergisme para pimpinan gereja dalam membentuk jaringan di seluruh bumi. Demikian tulis Pendeta James Davis dalam www.Billion.tv pada 12 Januari 2012.
Orang-orang sering bertanya kepada saya: “ Apa yang sedang terjadi di Eropa Barat? Apakah di sana ada harapan dari ribuan orang yang akan menemukan Kristus dalam wilayah dunia itu atau ribuan gereja yang yang akan dibangun? Apakah di Amerika akan terjadi redupnya keimanan seperti di Eropa? Dapatkah Amerika berbalik arah sebelum budaya melewati titik kemerosotan?” Demikian katanya.
Pertanyaan berat membutuhkan jawaban berat. Suatu hal yang bisa kita percaya adalah, bahwa gereja-gereja global tidaklah lebih kecil dari yang ada di hari kemarin!
Beberapa ahli pelayanan pada saat ini percaya, bahwa “kebangkitan dari Kekristenan global” akan berpengaruh terhadap Eropa dan Amerika Utara, sama halnya yang terjadi di seluruh dunia. Saya percaya hal itu dan saya telah melihatnya sendiri. Di depan mata, kita menyaksikan kebangkitan dari Gereja Global yang peduli demi memenuhi Amanat Agung yang mendunia pada masing-masing kawasan di dunia. Amanat Agung itu akan terlaksana! Tuhan akan memenuhi janjiNya!
Dalam enam tahun terakhir ini, Gereja Global menyaksikan lebih dari 1.4 juta gereja baru yang dibangun dan 250 juta orang yang mengikuti Kristus. Gereja Tuhan Kristus berkembang lebih cepat daripada di sejarah kapanpun. Apabila seseorang mengukur pertumbuhan global gereja-gereja, maka kita kini berada dalam jadual di mana terjadi dua kali lipat ukuran pertumbuhan Gereja, yakni dari hanya lebih dari satu bilyun lebih menjadi lebih dari dua bilyun dalam generasi kita.
Di saat giliran saya untuk memberi layanan yang saya awali pada suatu petang dalam udara yang cerah di Springfield, Missouri, pada 2005, di mana saat itu saya mengajak anak perempuan saya yang tertua, Olivia, untuk bermain di taman dekat gereja. Sementara saya melihat arah matanya yang bergembira, Roh Kudus membisikkan kalimat demikian: “ Lihatlah pada siapa Aku yang telah membesarkannya di seluruh dunia.” Sejak saat itulah, saya menekuni tugas memberi layanan, yang juga untuk mempelajari apa yang bisa saya lakukan demi apa yang dibangkitkan oleh Tuhan di seluruh dunia guna memenuhi Amanat Agung.
Lebih besar bukannya berarti lebih baik, dan lebih besar bukanlah selalu berarti menjadi pemimpin. Ukuran kita tentang keberhasilan adalah seberapa banyak kita membantu untuk pelaksanaan Amanat Agung. Kalaulah gereja-gereja dan pelayanan-pelayanan kita tidak mengukur efektivitas yang didasarkan pada terwujudnya Amanat Agung dalam kehidupan kita, lalu bagaimana kita dapat mengetahui, apa yang kita kerjakan itu adalah sesuai kehenduk Tuhan?
Dalam kaitan dengan kondisi global, akan mudah difahami, bahwa para pendeta yang berpemikiran memberi layanan di kawasan lain dari dunia ini, telah membangun gereja-gereja yang lebih besar dari gereja terbesar di dunia Barat. Dengan mengemukakan para pendeta dan gereja-gerejanya, secara gambling kita menunjukkan siapa-siapa yang mengagungkan nama Tuhan. Hal itu memperkokoh harapan kita semua di seluruh dunia, bahwa Tuhan akan menyudahi apa yang dikatakanNya, bahwa Dia menghargai mereka yang memenuhi kewajiban terhadap Amanat Agung.
Gelombang pasang penginjilan dan pembangunan gereja sedang terjadi di seluruh dunia yang tak pernah terjadi sebelumnya. Mereka yang membuang-buang waktu berdiri di pantai- waktu untuk mendapatkan sesuatu yang lebih, tidak sekedar menjadi basah. Mereka ingin tersapu dari pantai itu tanpa kesempatan untuk terlibat sesuatu yang berdasarkan Injil atau pengajaran Injil.
Penulis itu kemudian mengemukakan pertumbuhan Gereja-gereja besar yang mengalahkan gereja terbesar di Amerika Serikat, yakni:
David Yonggi Cho, Seoul, Korea Selatan
Diawali pada 1980-an, dalam situasi perkembangan yang cepat, Full Gospel Central Church memutuskan untuk menggunakan gereja-gereja satelit (cabang) bagi seluruh penganutnya di Seoul. Ketika pertumbuhan itu bertambah, di mana dapat dijangkau sekitar 700 ribu umat pada 1992, maka kebutuhan akan gereja-gereja satelit lebih mendesak. Dalam menyusutnya umat yang tertarik pada gereja-satelit, maka gereja induk merekrut umat baru, menghimpun para umat yang semula dianggap hilang, sehingga pada 2003 terhimpunlah 780 ribu jemaat. Gereja itu lalu diberi nama baru, yakni Yoido Full Gospel Church pada 1990-an. Di tahun 2007, jemaat mereka menjadi 830 ribu, di mana secara aktif mereka beribadah termasuk ibadah tiap hari Minggu dan diterjemahkan dalam 16 bahasa.
Eduardo Duran, Jotabeche Methodist Pentecostal Curch di Santiago, Chili.
Gereja Jotabeche mempunyai jemaat sebanyak 350 ribu, sehingga sebagai terbesar kedua di dunia. Perkembangan dan ukuran gereja itu merupakan contoh pertama meledaknya pertumbuhan gereja di Amerika Latin. Angka-angka pertumbuhannya sejak 1900 memang menakjubkan, yakni saat itu cuma terdapat 50 ribu umat Protestan di Amerika Latin. Di tahun 1980-an, mereka mengembangkan menjadi 50 juta jemaat, dan tahun 2000 menjadi 137 ribu umat.
Kong Hee, City Harvest Church, Singapore.
Sebuah kelompok studi Alkitab di Singapore menginginkan orang muda usia, Kong Hee, untuk menjadi gembala dan membimbing para anggota kelompok itu. Dengan dukungan dan dorongan dari beberapa pendeta seniornya di kota itu, Kong bermaksud untuk menjadi pelopor bidang pekerjaan baru, dan dengan begitu menyisihkan niatnya untuk menjadi pendeta keliling.
Dengan bergabungnya Harvest Churches, maka kombinasi dalam peribadahan berkembang mencapai lebih dari 40 ribu jemaat. Kini, gereja itu (CHC) menetapkan peribadahan dalam bahasa Inggeris pada hari-hari Sabtu dan Minggu di Suntec Singapore.
Suliasi Kurulo, World Harvest Centre di Suva, Fiji.
Di antara 164 negara berekonomi miskin dengan latabelakang kehidupan miskin, maka Suliasi Kurulo diberkati Allah untuk membangun salah satu gereja terkokoh di masa kini. Selama 20 tahun, dan menjelajahi dunia untuk pembangunan 3 gereja di antara 100 bangsa-bangsa. Lebih dari 200 ribu jemaat beribadah setiap Minggu di World Harvest Centre dan gereja-gereja cabangnya , banyak di antaranya yang bertempat semula tidak bisa dicapai kelompok orang.
Ray McCauley, Rhema Bible Church, Johannesburg, Afrika Selatan.
Ketika kembali ke Afrika Selatan setelah mengikuti berkuliah di college Injil, Ray McCauley mengawali pelayanan di Rhema Bible Church di rumah orang tuanya, Jimmy dan Doreen, yang dihadiri 13 orang. Kemudian jemaat bertambah, sehingga gereja dipindahkan ke bekas gedung bioskop di Rosebank, Johannesburg. Gereja itu merubah gedung bioskop itu, lalu menempati gudang karena gedung bioskop tidak cukup. Akhirnya pindah menempati lokasinya yang sekarang di Randburg, Johannesburg, sejak 1985. Auditorium berisi 5000 kursi dan dapat dikembangkan hingga 7.500 kursi untuk menampung sejumlah 45 ribu jemaat, merupakan gereja tunggal terbesar di Arika bagian selatan. Ketika Rhema Bible Church it uterus berkem-bang, lebih dari 400 gereja tambahan berkembang di Afrika Selatan.
David Mohan New Life Assembly di India.
Dr. David Mohan sebagai pendeta senior dari New Life Assembly of God di Chennai (negara bagian Madras), India. Gerejanya dari sejumlah 7 orang jemaat, kini berkembang menjadi 40 ribu orang. Jumlah itu belum termasuk ratusan jemaat dari cabang-cabang gereja tersebut. Pendeta Mohan adalah ketua dari Indian National Prayer dan Church Planting Initiative, serta melayani dewan direktur Church Growth International. Dia merupakan pendeta yang pertama kali menerima penghargaan Bill Bright Leadership Award for International Pastors. Di bawah -mendirikan 25 ribu gereja-gereja baru pada tahun 2020 mendatang.
David Oyedepo, Winners Chapel, Negara Bagian Ogun, Nigeria.
Dr. Oyedepo adalah pendeta senior dari Faith Tabernacle, yang memiliki auditorium dengan 50 ribu kursi (dinyatakan dalam Guinness Book of Records sebagai auditorium terbesar di dunia) di mana ditampung 225 ribu jemaat yang beribadah setiap akhir minggu. Jaringan gereja-gereja Winners Chapel berada di 300 kota di semua negara bagian Nigeria dan juga pada 63 kota di 32 negara-negara Afrika, di Dubai, Inggeris dan Amerika Serikat. Pendeta Oyedepo dikenal sebagai perintis gerakan karismatik Kristiani di Afrika. Dia dinyatakan sebagai pendeta paling kuat di Nigeria dan dunia.
Sergio Solorzano, Elim Central, San Salvador, El Salvador.
Dulu pernah dikenal sebagai gereja terbesar kedua di dunia, peribadahannya meliputi 115 ribu jemaat dan bisa mencapai puncaknya sejumlah 200 ribu orang. Gereja pendeta Solorzano mempunyai lebih dari 500 pendeta full-timer di El Salvador saja. Gereja itu terkenal dengan acara-acara “Time of Restoration’, di mana saat demikian ribuan orang berkumpul dari seluruh dunia untuk berdoa bersama. Acara tersebut kadangkala dilangsungkan secara bersamaan di tempat-tempat seperti stadion olahraga di El Salvador.
David Sobrepena, Word of Hope, Manila, Filipina.
Pada 1980, David Sobrepena kembali ke tempat asalnya di Filipina dari Dallas, Texas, untuk membangun gereja di Manila, Filipina. Di hari pertama, di gereja Word of Hope hanya dihadiri 3 orang yang beribadah yang bertempat di suatu gedung bioskop, yakni pendeta itu sendiri, isteri-nya dan anak lelakinya. Namun kini, gereja itu berkembang berjemaat 45 ribu orang dan penggunaan gereja-satelit yang dapat diikuti masyarakat di seluruh Manila maupun Filipina.
Tercatat di Filipina, telah lebih dari 300 ribu pendeta dan orang-orang yang diperlengkapi ajaran kepemimpinan. Pada musim penghujan, gereja itu melatih tenaga pekebun gereja maupun untuk kebun gereja-gereja baru di seluruh negara itu yang dinamai “musim penanaman/ berkebun untuk gereja”.
Di tahun akhir-akhir ini, pendeta Sobrepena membantu ribuan pekebun gereja-gereja baru di Asia, Eropa dan Afrika.
Gereja Bethany Nginden, Surabaya, Indonesia.
Gereja Bethany didirikan pada 1978, yang kini menjadi misi penginjilan paling kuat di antara gereja-gereja di dunia. Berada di kawasan berpenduduk terbesar Muslim di dunia, di mana sering terjadi gesekan yang intentsif, gedung peribadahannya merupakan yang bangunan-publik terbesar di Indonesia dengan kapasitas tempat duduk bagi 40 ribu jemaat. Jemaat Bethany rata-rata 200 ribu orang, tidak termasuk ratusan lagi di gereja-gereja cabangnya (satelit) yang dikembangkan oleh gereja induknya. Setiap tahunnya, para penginjilnya dikirimkan untuk pembangunan gereja di seluruh dunia.
Dari apa yang telah dikemukakannya itu, pendeta James Davis kemudian menyatakan, bahwa kini Tuhan kita melanjutkan guna membangkitkan “gunung-gunung pelayanan” di seluruh dunia guna memenuhi Amanat Agung. Yang menjadi unggulan gereja-gereja yang bersifat fenomenal di situ menggambarkan bagian kecil dari orkestra apa yang dimainkan Tuhan dan melalui kemajemukan jaringan ukuran dari Global Church. “Makna kehormatan” terlalu banyak untuk itu. Tanpa pengeculian, setiap pendeta telah memilih untuk memimpin gereja penyebaran Injil, yakni gereja yang memenangkan jiwa.
Tentu saja, bahwa generasi kita sekarang akan menjadi generasi yang akhirnya memancangkan Salib Yesus Kristus di atap dunia dan menjadikan dunia tahu, bahwa kematian Yesus bagi setiap bangsa dan setiap kelompok manusia. Apabila hal seperti itu terlaksana, kita bisa merasakan kepuasan yang oleh generasi sebelumnya hal itu tidak dirasakan. Global Church secara bersama-sama akan memenuhinya dan yang tidak bisa kita lakukan bersendiri.
Pendeta itu menutup tulisannya dengan kalimat “Apabila kita tertarik untuk pemenangan jiwa, maka sorga akan tertarik demi keberhasilan kita. Tujuan utama Tuhan adalah memenangkan kekalahan.” (as/sgbi/sumber.tab.bethany.187)