“….. yaitu kota yang terletak tinggi di atas bukit, di atas lembah yang subur yang penuh peminum anggur yang sudah pening” (Yesaya 28:2)!
Sepanjang kitab Yesaya, nubuatan penghukuman disampaikan kepada kota-kota atau negeri-negeri yang telah dicemari oleh dosa. Salah satunya adalah Samaria. Kota ini dibangun oleh raja Omri pada tahun 880 S.M (1 Raj. 16:24) dan terletak di atas bukit setinggi 100 meter. Oleh Raja Omri kota ini dijadikan ibukota kerajaan utara (Israel).
Saudara, meskipun daerah Samaria ini adalah daerah yang subur, tetapi kehidupan rohani penduduknya bertolak belakang. Mereka telah jatuh dalam penyembahan berhala. Alkitab melukiskan mereka adalah orang-orang yang pening, mabuk oleh anggur.
Kalau Anda ditanyai orang, bolehkah orang Kristen mabuk? Jelas jawabannya: tidak! Tapi Alkitab memberikan perintah supaya kita mabuk, tetapi oleh Roh Kudus. Mabuk seperti ini pertama kali dialami oleh murid-murid Tuhan ketika mereka dipenuhi dengan Roh Kudus pada hari Pentakosta (Kis. 2:1-13). Dan orang-orang yang tidak mengerti dengan fenomena ini mengejek dengan sebutan “mabuk oleh anggur manis”.
Firman Tuhan berkata, “Dan janganlah kamu mabuk oleh anggur, karena anggur menimbulkan hawa nafsu, tetapi hendaklah kamu penuh dengan Roh” (Efesus 5:18). Mengapa orang yang penuh dengan Roh dimetaforakan dengan orang yang mabuk oleh anggur? Karena gejala yang ditimbulkannya memiliki kesamaan. Orang yang mabuk oleh anggur sepertinya tidak sadar dengan keadaan sekelilingnya. Ia bertindak di luar batas kewajaran, karena kesadarannya berkurang. Demikian pula dengan orang yang mabuk oleh Roh. Mereka juga dikuasai oleh Roh yang memimpin mereka kepada sukacita yang meluap – sukacita yang berasal dari Allah.
Efesus pasal 5 ayat 19 dan seterusnya menulis tentang akibat-akibat yang ditimbulkan oleh orang yang penuh dengan Roh: meluap dengan pujian dan ucapan syukur kepada Tuhan. Tidakkah Anda lihat bahwa orang yang mabuk oleh anggur pun biasanya juga sering menggigau – mengucapkan kata-kata yang tidak dimengerti?
Orang yang mabuk oleh Roh ini biasanya diejek oleh orang-orang yang menganggap diri mereka “beragama Kristen sejati”. Mereka tabu terhadap “kebisingan-kebisingan” dan “cara-cara yang tidak normal” yang ditimbulkan oleh orang-orang yang mabuk ini. Seperti juga halnya dengan Mikhal, yang merasa terusik dengan tingkah Raja Daud yang bertindak seperti orang gila – meloncat-loncat dan menari-nari di hadapan Tuhan karena tabut Tuhan yang dikembalikan lagi ke Yerusalem (2 Sam. 6:16). Mikhal yang merasa dirinya punya “harga diri”, jelas ia tidak bisa menerima tingkah laku Daud yang ia anggap “sesat” itu. Akibat mendirikan kebenarannya sendiri, Mikhal menjadi mandul sampai hari matinya (2 Sam. 6:23).[rhb]
Kalau mau mabuk, mabuklah oleh Roh Kudus!